Kesimpulan dari hadis tersebut ialah Dajjal hidup dalam 4 dimensi, yaitu:
1 hari = Setahun
1 hari = Sebulan
1 hari = Seminggu
37 hari = Seperti hari kita
Rujukan buku “Jerusalem in the Quran” oleh Sheikh Imron Husein menyatakan pembahagian waktu seperti di bawah:
A. 1 hari = Setahun = British = Poundsterling mengendalikan
mata uang negara lain
Dimulai dari revolusi industri dan keuangan yang pertama di Inggris pada awal abad 18 yang dimotori oleh Dinasti Rothtschild. Siapakah Dinasti Rothschild tersebut ? yuk, kita simak sejarahnya....
Rothschild adalah dinasti Yahudi Bavaria (Jerman)
yang memiliki arti sebagai "Tameng Merah". Dalam bahasa Inggris
disebut "Red-Shield". Dinasti Rothschild yang melegenda dan sangat
berkuasa hingga kini berawal dari sejarah Eropa di abad ke-18 Masehi dengan
kelahiran seorang bayi Yahudi Jerman yang kemudian diberi nama Mayer Amshell
Bauer.
Mayer Amshell Bauer lahir di tahun 1743 di sebuah
perkampungan Yahudi di Frankfurt, Bavaria. Ayahnya bernama Moses Amschell Bauer
yang bekerja sebagai rentenir dan tukang emas yang berpindah-pindah dari suatu
tempat ke tempat lain, dari kota yang satu ke kota lainnya. Bakat Moses sebagai
rentenir kelak akan diteruskan dan dikembangkan oleh anak-cucunya. Kelahiran
Mayer membuat Moses menghentikan bisnis ‘nomaden'nya dan menetap di sebuah
rumah agak besar dipersimpangan Judenstrasse (Jalan Yahudi) kota Frankfurt. Di
rumah itu, Moses membuka usaha simpan-pinjam uangnya. Di pintu masuk kedai
renten-nya, Moses menggantungkan sebuah Tameng Merah sebagai merk dagangnya:
Rothschild.
Sedari kecil Mayer Amshell dikenal sebagai anak
yang cerdas. Dengan tekun sang ayah mengajari Mayer segala pengetahuan tentang
bisnis rentennya. Moses juga sering menceritakan pengalaman dan pengetahuan
yang diperolehnya dari berbagai sumber. Moses sebenarnya ingin menjadikan Mayer
sebagai pendeta Yahudi. Namun ajal keburu menjemputnya sebelum sang anak tumbuh
dewasa. Sepeninggal ayahnya, Mayer sempat meneruskan usaha ayahnya di rumah.
Namun tidak lama kemudian Mayer ingin belajar lebih mendalam tentang bisnis
uang. Akhirnya ia bekerja di sebuah bank milik keluarga Oppenheimer di Hanover.
Di bank ini, Mayer dengan cepat menyerap semua
aspek bisnis perbankan modern. Kariernya pun melesat, bahkan sang pemilik bank
yang terkesan dengan Mayer menjadikannya sebagai mitra muda dalam kepemilikian
bank tersebut.
Setelah merasa cukup banyak menimba ilmu tentang
bisnis perbankan, Mayer kembali ke Frankfurt, meneruskan usaha ayahnya yang
sempat dilepaskannya untuk beberapa waktu. Mayer telah berketetapan hati,
bisnis uang akan dijadikan sebagai bisnis inti keluarga ini. Ia akan mendidik
anak-anaknya kelak dengan segala pengetahuan tentang bisnis penting tersebut
dan menjadikannya keluarga besar penguasa bisnis perbankan Eropa dan juga
dunia.
Salah satu langkah yang diambil Mayer adalah
dengan mengganti nama keluarga ‘Bauer' yang dalam bahasa Jerman berarti
‘Petani' dengan merk dagang usahanya, yakni ‘Tameng Merah' (Rothschild). Mayer
sendiri memakai gelar Baron Rothschild I.
Berkat kepiawaiannya, usaha rumahan ini
berkembang pesat. Rotshchild I mulai melobi kalangan istana. Orang yang pertama
ia dekati adalah Jenderal von Estorff, bekas salah satu pimpinannya ketika
masih bekerja di Oppenheimer Bank di Hanover. Rothschild I mengetahui benar,
sang jenderal memiliki hobi mengumpulkan koin-koin kuno dan langka. Dengan jeli
Rothschild memanfaatkan celah ini untuk bisa dekat dengan sang jenderal.
Untuk menambah perbendaharaan koin-koin kuno dan
langka, Rotshchild menghubungi sesama rekannya dalam jaringan orang Yahudi yang
dalam waktu singkat berhasil mengumpulkan benda-benda tersebut. Sambil membawa
barang yang sangat diminati Jenderal von Estorff, Rothschild I menemui sang
jenderal di rumahnya dan menawarkan semua koin itu dengan harga sangat murah.
Jelas, kedatangan Rotshchild disambut gembira
sang jenderal. Bukan itu saja, rekan-rekan dan teman bisnis sang jenderal pun
tertarik dengan Rothschild dan kemudian jadilah Rotshchild diterima sepenuh
hati dalam lingkaran pertemanan dengan Jenderal von Estorff.
Suatu hari, tanpa disangka-sangka, Rothschild I
dipertemukan oleh Jenderal von Estorff kepada Pangeran Wilhelm secara pribadi.
Pangeran ternyata memiliki hobi yang sama dengan jenderal. Wilhelm membeli
banyak medali dan koin langka dari Rotshchild dengan harga yang juga dibuat
miring. Inilah kali pertamanya seorang Rotshchild bertransaksi dengan seorang
kepala negara.
Dari perkenalannya dengan Wilhelm, terbukalah
akses Rothschild untuk membuat jaringan dengan para pangeran lainnya. Untuk
membuat pertemanan bisnis menjadi pertemanan pribadi, Rotshchild menulis banyak
surat kepada para pangeran yang berisi puji-pujian dan penghormatan yang begitu
tinggi atas kebangsawanan mereka. Rothschild juga memohon agar mereka memberi
perlindungan kepadanya.
Pada tanggal 21 September 1769, upayanya
membuahkan hasil. Pangeran Wilhelm dengan senang hati memberikan restu atas
kedainya. Rothschild pun memasang lambang principalitas Hess-Hanau di depan
kedainya sebagai lambang restu dan perlindungan Sang Pangeran. Lambang itu
bertuliskan huruf emas dengan kalimat, "M.A.Rothschild. Dengan limpahan
karunia ditunjuk sebagai abdi istana dari Yang Mulia Pangeran Wilhelm von Hanau."
Tahun 1770, saat berusia 27 tahun, Rothschild
menikahi Guetele Schnaper yang masih berusia tujuhbelas tahun. Dari perkawinannya,
mereka dikarunia sepuluh orang anak. Putera-puteranya bernama Amshell III,
Salomon, Nathan, Karlmann (Karl) dan Jacob (James). Kepada anak-anaknya, selain
mendidik mereka dengan keras soal pengetahuan bisnis perbankan dan aneka
pengalamannya, Rothschild I juga menanamkan kepada mereka keyakinan-keyakinan
Talmudian (bukan Taurat) dengan intensif.
Frederich Morton, penulis biografi Dinasti
Rothschild menulis, "Setiap Sabtu malam, usai kebaktian di sinagoga,
Amshell mengundang seorang rabi ke rumahnya. Sambil duduk membungkuk di kursi
hijau, mencicipi anggur, mereka berbincang-bincang sampai larut malam. Bahkan
pada hari kerja pun Amshell sering terlihat mendaras Talmud ...dan seluruh
keluarga harus duduk dan mendengarkan dengan tertib."
Keluarga Rotschild merupakan keluarga Yahudi yang
berpandangan Talmudian. Mereka sangat percaya bahwa tuhan, sesuai keyakinan
dalam ayat-ayat Talmud, telah memilih bangsa Yahudi sebagai manusia super,
satu-satunya ras manusia, sedangkan orang lain yang bukan Yahudi merupakan ras
yang derajatnya sama dan setara dengan hewan. Mereka sama sekali tidak perduli
dengan orang lain, dan hanya perduli dengan kepentingan sesama Yahudi
Talmudian. (1)
Wilhelm von Hanau merupakan seorang kepala negara
yang kaya raya dan berpengaruh. Bisa jadi, bisnis utama Wilhelm yang memiliki
sepasukan tentara sewaan (bisnis ini juga berasal dari bisnis para Templar!)
membuatnya disegani tidak saja di Jerman tetapi juga di wilayah-wilayah
sekitarnya. Wilhelm juga memiliki kekerabatan dengan sejumlah keluarga kerajaan
Eropa lainnya. Inggris merupakan salah satu langganan setia dalam bisnis
tentara sewaannya. Harap maklum, daerah koloni Inggris di seberang lautan
sangat luas dan banyak.
Dalam bisnis ini, Rothschild bertindak sebagai
dealernya. Karena kerja Rothschild begitu memuaskan, maka Wilhelm pernah
memberinya hibah uang sebanyak 600.000 pound atau senilai tiga juta dollar AS
dalam bentuk deposito. Dari usahanya ini, Wilhelm memiliki banyak uang. Ketika
meninggal, Wilhelm meninggalkan warisan terbesar dalam rekor warisan raja Eropa
yakni setara dengan 200 juta dollar AS! (Maulani; 2002)
Sumber lainnya mengatakan bahwa uang sebesar tiga
juta dollar AS itu sebenarnya berasal dari pembayaran sewa tentara kerajaan
Inggris kepada Wilhelm, namun digelapkan oleh Rothschild (Jewish Encyclopedia,
Vol. 10, h.494).
Dengan bermodalkan uang haram inilah Rothschild
membangun kerajaan bisnis perbankannya yang pertama dan menjadi bankir
internasional yang pertama. Sebenarnya, Rothschild I ini tidak membangun
kerajaannya sendiri. Beberapa tahun sebelumnya ia telah mengirim anak
bungsunya, Nathan Rothschild yang dianggap paling berbakat ke Inggris untuk
memimpin bisnis keluarga di wilayah tersebut. Di London Nathan mendirikan
sebuah bank dagang dan modalnya diberikan oleh Rothschild I sebesar tiga juta
dollar AS yang berasal dari uang haram itu.
Di London, Nathan Rothschild menginventasikan
uang itu dalam bentuk emas-emas batangan dari East India Company. Berasal dari
uang haram, diputar dengan cara yang penuh dengan tipu daya, memakai sistem
ribawi yang juga haram, kian berkembanglah bisnis keuangan keluarga Rothschild
ke seluruh Eropa. Berdirilah cabang-cabang perusahaan Rothschild di Berlin,
Paris, Napoli, dan Vienna. Rothschild I menempatkan setiap anaknya menjadi pemimpin
usaha di cabang-cabangnya itu. Karl di Napoli, Jacob di Paris, Salomon di
Vienna, dan Amshell III di Berlin. Kantor pusatnya tetap di London.
Rothschild I meninggal dunia pada 19 September
1812. Beberapa hari sebelum mangkat, ia menulis sebuah surat wasiat yang antara
lain berbunyi:
•Hanya keturunan laki-laki yang diperbolehkan
berbisnis. Semua posisi kunci harus dipegang oleh keluarga. •Anggota
keluarga hanya boleh mengawini saudara sepupu sekali (satu kakek) atau paling
jauh sepupu dua kali (satu paman). Dengan demikian harta kekayaan keluarga
tidak jatuh ke tangan orang lain. Awalnya aturan ini dipegang ketat, tapi
ketika banyak pengusaha Yahudi lainnya bermunculan sebagai pengusaha dunia,
aturan ini dikendurkan, walau demikian hanya boleh mengawini anggota-anggota
terpilih.
Dinasti Rothschild tidak punya sahabat atau
sekutu sejati. Baginya, sahabat adalah mereka yang menguntungkan kantongnya.
Jika tidak lagi menguntungkan maka ia sudah menjadi bagian masa lalu dan
dimasukkan ke dalam tong sampah. Pangeran Wilhelm sendiri akhirnya dilupakan
oleh Rothschild setelah ia berhasil menilep uangnya. Ketika Inggris dan
Perancis berperang dengan memblokade pantai lawan masing-masing, hanya armada
Rothschild yang bebas keluar masuk pelabuhan karena Rothschild telah membiayai
kedua pihak yang berperang tersebut.
Bank Sentral Inggris dan Utang Sebagai
Alat Penjajahan
Beberapa orang menyangka jika pendirian Bank of
England, bank sentral pertama di dunia, juga akibat campur tangan dari Dinasti
Rothschild. Anggapan ini sebenarnya tidak tepat karena Rothschild I sendiri
baru lahir di Bavaria pada tahun 1743, sedangkan Bank of England berdiri pada
27 Juli 1694.
Sebelum Dinasti Tameng Merah lahir, jaringan
Luciferian yang terdiri dari tokoh-tokoh Yahudi berpengaruh dunia yang dikenal
dengan istilah "Para Konspirator", para pewaris Templar, Orde
Militeris yang kaya raya, telah mencanangkan untuk menguasai England yang
menjadi Inggris sekarang dengan strategi lidah ular: Pertama, merekayasa
pernikahan keluarga raja Inggris sehingga nantinya para Raja Inggris berdarah
Yahudi, dan yang kedua lewat provokasi perang melawan Perancis agar Inggris memerlukan
uang yang banyak di mana pihak Konspirasi akan memberi utang kepada Raja
Inggris. Dengan utang, diharapkan kerajaan besar itu akan takluk.
Inilah fakta sejarah jika jaringan Yahudi Dunia
sejak dulu telah menggunakan utang sebagai alat penakluk suatu negeri.
Sekarang, Indonesia yang kaya raya, juga telah ditaklukkan dan dijajah oleh
utang. Para tokoh Neo-Liberal di negeri ini yang gemar mengundang utang
imperialis masuk ke negeri ini merupakan pelayan-pelayan kepentingan
Luciferian. Banyak orang yang mengaku Islam menjadi pendukung kelompok
Luciferian ini disebabkan mereka malas berpikir sehingga mudah ditipu
mentah-mentah.
Perjalanan para Konspirator dalam menaklukan
Keraaan Inggris diawali dari suatu pertemuan sejumlah petinggi Ordo Kabbalah di
Belanda. Mereka menggelar pertemuan dan sepakat untuk menguasai Tahta Kerajan
Inggris sepenuhnya dengan cara menurunkan Dinasti Stuart dan menggantikannya
dengan seseorang yang mereka bina dari Dinasti Hanover dari Istana Nassau,
Bavaria.
Kala itu, Tahta Kerajaan Inggris tengah diduduki King
Charles II (1660-1685). Raja Inggris ini masih kerabat dekat Duke of York. Mary
adalah anak sulung dari Duke of York. Diam-diam, kelompok Konspirator mengatur
strategi agar Mary yang masih gadis itu bertemu dengan ‘Sang Pangeran' bernama
William II, salah seorang pangeran kerajaan Belanda dan pemimpin pasukan
kerajaan. Mary dan William II pun bertemu dan saling tertarik. Pada tahun 1674
mereka menikah. Tahun 1685 King Charles II meninggal dan digantikan oleh James
II yang memerintah sampai tahun 1688
Dari hasil perkawinan antara William II dan Mary,
lahir seorang putera yang kemudian dikenal sebagai William III, yang kemudian
menikah dengan seorang puteri dari King James II bernama Mary II. William III
yang berdarah campuran antara Dinasti Stuart dengan Dinasti Hanover ternyata
menurut kelaziman tiy;">Di sinilah para petinggi Yahudi melancarkan
konspidak bisa menjadi Raja Inggris disebabkan ia bukan berasal dari garis
keturunan laki-laki Inggris, melainkan dari garis perempuan. Mary II,
isterinyalah, yang lebih berhak menyandang gelar Queen. Di sinilah para petinggi Yahudi melancarkan
konspirasi dengan mengobarkan ‘Glorious Revolution’ dan akhirnya berkat Partai
Whig yang melakukan kerjasama diam-diam dengan tokoh-tokoh Yahudi dan Partai
Tory yang bersikap pragmatis, revolusi tanpa darah ini berhasil menaikkan
William III sebagai Raja Inggris. Beberapa tahun sebelumnya, lewat tangan
Oliver Cromwell, kekuatan Yahudi juga telah ‘menyikat’ King Charles I dan
menguasai lembaga-lembaga keuangan di kerajaan itu. Dengan berkuasanya William
III maka Inilah awal hegemoni Dinasti Hanover bertahta di Kerajaan Inggris
sampai sekarang. Apalagi Dinasti Windsor yang berkuasa di Kerajaan Inggris
sekarang merupakan keturunan langsung dari King Edward III (Prince of Wales)
yang merupakan keturunan Hanover.
Sejarah
memang telah mencatat jika Gereja Katholik merupakan musuh bebuyutan para
Templar. Para Templar, dan juga para pewarisnya seperti kaum Mason dan
Rosikrusian, masih sangat ingat bagaimana Paus Clement IV berkomplot dengan
King Philip V dari Perancis pada Jumat, 13 Oktober 1307 menumpas dan membantai
Templar dari seluruh Eropa. Perlawanan dan penghancuran Gereja (Katolik Roma)
merupakan salah satu tujuan utama kelompok Luciferian ini yang berasal dari
dendam sejarah yang kesumat.
Loyal
Orange Order sampai hari ini masih bertahan di Irlandia Utara dengan jumlah anggota
tak kurang dari angka 100 ribuan. Kelompok inilah yang senantiasa mengobarkan
api permusuhan terhadap kaum Katolik sehingga sampai sekarang kehidupan
masyarakat di sana tidak pernah sepi dari konflik Protestan-Katolik.
King
William III sendiri menceburkan diri dalam peperangan melawan Perancis yang
mayoritas Katolik. Inggris menderita kerugian yang banyak. Utang pun menumpuk.
Inilah awal berdirinya Bank of England sebagai bank sentral swasta pertama di
dunia, seperti yang telah disinggung di muka.
William
G. Carr dalam bukunya “Yahudi Menggenggam Dunia” (Pustaka Alkautsar, 1991)
mencatat kronologi perjalanan petualangan Oliver Cromwell sebagai kaki tangan
tokoh Yahudi-Inggris setelah kematian King Charles I pada 30 Januari 1649.
Inilah kronologinya singkatnya:
- 1649, Cromwell menyerbu Irlandia dengan dukungan dana dari lobi Yahudi internasional sehingga terjadi peperangan antara Inggris Protestan melawan Irlandia Katolik.
- 1651, Charles II, putera King Charles I, memerangi Cromwell tapi gagal. Ia dibuang ke Perancis.
- 1652, Inggris melibatkan diri berperang melawan Belanda.
- 1653, Cromwell mengangkat dirinya sebagai The Lord Defender of Great Britain.
- 1654, Inggris terlibat perang Eropa lagi.
- 1656, Amerika yang masih menjadi jajahan Inggris bergolak dan akhirnya menjadi negara merdeka.
- 1657, Cromwell meninggal dunia. Puteranya, Richard, menjadi penguasa Inggris.
- 1659, Richard mengakhiri persekongkolan dengan Yahudi Internasional, ia mengundurkan diri dari kekuasaan.
- 1660, Jenderal monk dari angkatan bersenjata Inggris menduduki London. Charles II diangkat menjadi raja Inggris.
- 1661, Skandal persekongkolan antara Cromwell dengan kubu Yahudi Internasional terungkap. Warga London geger dan marah. Makam Cromwell dibongkar paksa.
- 1662, Gereja resmi Inggris, Anglikan, menindas umat Protestan.
- 1664, Inggris kembali berperang melawan Belanda.
- 1665, Krisis ekonomi melanda Inggris. Pengangguran dan kelaparan merebak. Di tahun itu juga terjadi kebakaran besar yang menghanguskan sebagian kota London, disusul wabah penyakit lepra.
- 1666, Inggris terlibat perang dengan Belanda dan Perancis.
- 1667, Ordo Kabbalah yang secara rahasia masih eksis di Inggris melancarkan gerakan sabotase ke kalangan elit pemerintahan. Sejarah Inggris mengenalnya sebagai gerakan Kabal. Akibatnya muncul gelombang baru penindasan agama dan politik di Inggris.
- 1674, Setelah menggelar pertemuan internal di Belanda, Kelompok Yahudi Internasional sepakat menguasai Kerajaan Inggris sepenuhnya dengan melengserkan King Charles II dan menaikkan seseorang yang bisa dikendalikan. Pada tulisan di muka hal ini telah disinggung, yakni penobatan King William III yang masih berdarah Dinasti Hanover.
- 1683, Konspirasi berupaya membunuh King Charles II dan Duke of York tapi gagal.
- 1685, King Charles II meninggal dunia. Duke of York yang beragama Katolik naik tahta dengan gelar King James II. Konspirasi menyebarkan desas-desus untuk menentang raja baru itu. Rakyat banyak yang termakan isu ini. Akibatnya banyak rakyat yang ditangkap pihak kerajaan. Nama King James II menjadi tidak popular di mata rakyat.
- 1688, setelah King James II sudah tidak lagi mendapat dukungan rakyatnya, Konspirasi Yahudi Internasional memprovokasi pangeran William of Orange dari Belanda untuk menyerbu Inggris, dengan dukungan kapal-kapal perangnya menuju pantai Inggris. King James II akhirnya turun tahta dan kabur ke Perancis.
- 1689, William of Orange atau William III dan Queen of Mary –keduanya Protestan—mengukuhkan diri sebagai Raja dan Ratu Inggris. Sementara itu James II kabur lagi ke Irlandia, sebuah wilayah Katolik. Pasukan Inggris sendiri terpecah antara yang Protestan dengan yang Katolik. Yang Protestan mendukung William III sedang yang Katolik berupaya mengembalikan James II ke tahtanya. Perang saudara pun tak terelakkan pada 12 Juli 1689.
Sampai
sekarang, rakyat Inggris masih mengenang peristiwa tersebut tanpa banyak yang
menyadari bahwa perang saudara itu sesungguhnya sengaja dibuat oleh Konspirasi
Yahudi Internasional, untuk menguasai perekonomian negara besar Eropa itu.
Hasilnya, berdirilah Bank of England, bank sentral swasta pertama di dunia
(1694), yang dimiliki Konspirasi Yahudi tersebut.
Inggris
terus dibuat untuk berperang, sehingga kas kerajaan terkuras dan hutang
bertambah banyak. Jerat yang dipasang para pemilik modal Yahudi kini telah
mengikat mangsanya. Kian lama kian kuat, mencekik. Inggris pun jatuh ke dalam
kekuasaan mereka hanya dengan modal awal £1.250.000!
B. 1 hari = Sebulan = Amerika Syarikat = Dollar
mengendalikan mata uang negara lain.
Dari
Inggris Mendirikan AS
Setelah
menaklukkan kerajaan Inggris, pihak Konspirasi Yahudi Internasional kini
mengarahkan wajahnya ke sebuah benua baru yang masih menjadi koloni Inggris di
seberang Samudera Atlantik: Amerika. Jauh-jauh hari sebenarnya mereka telah
mempersiapkan hal ini lewat salah seorang agennya bernama Christopher Colombus.
Orang ini merupakan anggota Knights of Christ, pelaian Templar yang mukim di
Italia, Portugis, dan Spanyol. Semasa remajanya, Colombus malah menjadi orang
kepercayaan Rene de Anjou, Grand Master Persaudaraan di Italia.
Demikianlah, Amerika Serikat memang dipersiapkan
jauh-jauh hari sebagai The Second Promise Land, selain Yerusalem, bagi bangsa
Yahudi. Nama lain kota New York saja adalah The New Jerusalem. Pada 4 Juli
1776, tokoh-tokoh Mason Amerika menandatangani Declaration of Independence.
Berdirilah satu negara Masonik yang dipersiapkan sebagai The Headquarter,
markas besar, gerakan Ordo Kabbalah dalam menaklukkan dunia kelak, menuju
tatanan dunia baru yang sepenuhnya sekular. Suatu cita-cita Masonik yang
ditorehkan pada lambang negara AS: Novus Ordo Seclorum.
Tidak
seperti sekarang, Eropa waktu itu merupakan sebuah benua yang terbagi dalam
banyak kerajaan besar kecil, serta sejumlah wilayah kecil otonom (Principalis),
semacam kabupaten yang merdeka, seperti Monaco dan Lechtenstein. Saat itu
Inggris dan Perancis merupakan dua negara kerajaan yang paling berpengaruh.
Setelah Inggris berhasil dikuasai dan para tokoh Mason Amerika berhasil
memproklamirkan kemerdekaan negara itu, maka Konspirasi Yahudi Internasional
berusaha untuk menaklukkan Perancis. Baron Rothschild merupakan salah satu
tokoh sentral dalam Konspirasi Yahudi Internasional untuk menaklukkan
Perancis.
Tahun
1773, Baron Rothschild dan 12 tokoh Yahudi lainnya berkumpul di kediamannya di
Bavaria. Mereka membahas berbagai perkembangan Eropa terakhir, termasuk mengevaluasi
hasil-hasil upaya Konspirasi di Inggris. Dalam pertemuan inilah, nama Adam
Weishaupt disebut oleh Rothschild sebagai seseorang yang bisa dipercaya untuk
menjalankan tugas dari Konspirasi.
Dalam
pertemuan itu, Baron Mayer juga membacakan 25 butir strategi penguasaan dunia
yang kelak dalam Kongres Zionis Internasional I di Basel-Swiss tahun 1897
disahkan dengan nama Protocolat Zionis.
Baron
Mayer atau Rothschild I juga mengatakan jika Konspirasi dianggap terlalu lamban
dalam melakukan program yang direncanakan untuk Inggris, akibatnya penguasaan
Inggris secara total terhambat oleh hal-hal kecil. Namun hal-hal kecil ini bisa
dianggap tidak berpengaruh besar bagi upaya penguasaan oleh Konspirasi. Walau
demikian, hal-hal kecil ini dianggap tidak boleh dibiarkan. Beberapa kelompok
berpengaruh di Inggris ada yang masih mampu bertahan menghadapi Konspirasi.
Rothschild
segera memerintahkan agar pelaksanaan program dipercepat dan menyingkirkan
oposisi secepatnya dengan segala cara yang bisa diambil. Jika perlu, segenap
lapisan masyarakat Inggris harus dikuasai dengan jalan teror atau kekerasan.
Dalam
pertemuan itu, Rothschild juga menekankan kepada para undangan bahwa apa-apa
yang telah dihasilkan di Inggris sesungguhnya bukanlah apa-apa jika
dibandingkan dengan apa yang akan mereka perbuat atas Perancis. Skema besar
untuk meletupkan Revolusi Perancis pun di bahas dengan serius.
Ini
merupakan satu mata rantai dari sejumlah pertemuan para Konspiran untuk
menggodok Revolusi Perancis. Dalam pertemuan di Frankfurt ini, agenda yang
telah dirancang dipermatang dan upaya penggalangan dana pun di mulai dari
‘markas’ Rothschild tersebut. Menurut penilaian sosiologis dan psikologi massa
yang dilakukan Konspirasi, situasi yang tengah dihadapi Perancis saat itu
memang menggambarkan dengan baik apa yang sebenarnya tengah terjadi di Eropa:
perekonomian tengah lesu, utang menumpuk, pengangguran di mana-mana, lapangan
pekerjaan nyaris tidak bergerak, sektor industri macet, dan bencana kelaparan
di ambang pintu.
Jurang
kesenjangan ekonomi yang terjadi antara buruh dan rakyat kebanyakan dengan para
bangsawan, pemilik modal, dan raja-raja demikian besar dan dalam. Menurut teori
revolusi, dalam kondisi demikian buruk, massa rakyat telah siap untuk menyambut
siapa pun yang tampil secara meyakinkan untuk menciptakan kehidupan yang lebih
baik. Massa rakyat telah menjadi semacam tumpukan jerami kering yang hanya
dengan percikan api sedikit saja akan bisa terbakar dan meluas dengan sangat
cepat. Kondisi di Perancis merupakan yang terparah.
Di
tengah kondisi demikian, lewat corong media yang dikuasainya, Konspirasi
meniupkan aneka slogan yang muluk-muluk dan melemparkan semua kesalahan kepada
penguasa dan orang-orang kaya, sehingga rakyat Perancis kian membenci mereka.
Kehancuran dan kerusuhan tinggal menunggu hitungan hari. Sebuah rencana besar
siap digelindingkan oleh Konspirasi.
Salah
satu rumus baku dalam gerakan massa adalah: menjelek-jelekkan masa sekarang, di
saat bersamaan mengingatkan massa rakyat akan kegemilangan masa lampau dan meyakinkan
massa rakyat bahwa masa depan akan bisa menjadi lebih gemilang, mengulangi
masa-masa keemasan di zaman silam, jika massa rakyat mau dan siap bergerak
menumbangkan status-quo. Ini berlaku di mana saja.
Untuk
menyatukan langkah gerakan massa, Konspirasi menciptakan tiga slogan gerakan:
Liberté, Egalité, dan Fraternité (Kemerdekaan, Persamaan, dan Persaudaraan).
Sebuah slogan yang mampu membius massa rakyat Perancis sehingga rela
mengorbankan apa saja demi memenuhinya. Slogan ini secara terus-menerus
diperdengarkan ke telinga rakyat Perancis sehingga setiap orang Perancis saat
itu sangat hapal dengan tiga istilah di atas saat itu, bahkan kemudian dunia
juga hafal.
Walau
terdengar sangat indah, namun tiga istilah di atas bagi Konspirasi Yahudi
Internasional memiliki arti yang sama sekali beda. Bagi kelompok ini, Liberté
sesungguhnya berarti Kemerdekaan bagi mereka, kebebasan bagi mereka, bagi para
pemilik modal, untuk berbuat apa saja terhadap Perancis.
Egalité
yang sesungguhnya bermakna Persamaan, bagi Konspirasi diartikan sebagai
persamaan di kalangan mereka untuk bisa bersama-sama, gotong royong, di dalam
usahanya menguasai perekonomian Perancis.
Sedangkan
Fraternité memiliki arti sebagai Persaudaraan antara kelompok mereka sendiri,
di mana di dalam setiap usahanya, mereka harus saling tolong-menolong,
bantu-membantu, agar kepentingan kelompok mereka bisa dicapai. Inilah hakikat
tiga slogan Revolusi Perancis. Jadi Persaudaraan hanya terbatas pada
kelompoknya saja.
Pada
14 Juli 1789, massa rakyat berbondong-bondong menuju penjara Bastille,
perancis. Penjara yang bagaikan benteng itu dibakar. Para narapidana melarikan
diri dan menimbulkan kerusuhan dan perampokan di mana-mana. Penyerbuan ke
penjara benteng Bastille ini menandai di mulainya Revolusi Perancis. Hari demi
hari berjalan dengan perkmebangan yang tidak bisa diduga. King Louis XVI dan
Marie Antoinette ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara. Tidak lama kemudian
keduanya dihukum mati, di pancung di atas Guilotin.
Mirabeau
yang awalnya didukung Konspirasi, kini malah diburu. Dia sebenarnya seorang
yang cerdas, dan menjadi curiga dan dengan cepat ia menyadari akan bahaya yang
mengancam dirinya. Namun Mirabeau terlambat, mesin propaganda Konspirasi telah
bekerja begitu cepat dan efektif melancarkan fitnah terhadapnya. Gagal menyeret
Mirabeau ke pengadilan, akhirnya pihak Konspirasi meracuni Mirabeau hingga
tokoh ini menemui ajal. Jenazah Mirabeau diatur sedemikian rupa untuk
mengesankan dia bunuh diri. Sejumlah selebaran dan berita-berita yang mendukung
‘bunuh diri’ Mirabeau ini dicetak dan disebarluaskan ke Eropa. Kematian
Mirabeau kemudian diikuti dengan berkuasanya pemerintahan teror di Perancis.
Pada masa ini, tiap hari rakyat Perancis menyaksikan ribuan orang tiap hari
digiring menuju pisau Guilotin. Roberspierre dan Danton ditugaskan Konspirasi
untuk menjadi algojonya. Setelah dianggap menyelesaikan tugasnya, kedua orang
ini, Roberspierre dan Danton pun dibunuh dengan keji. Pemerintahan teror
mencapai puncaknya antara tanggal 27 April hingga 27 Juli 1794.
Satu
hari sebelum Roberspierre diseret ke tempat hukuman mati, di depan Majelis
Nasional, Roberspierre sempat menyampaikan orasi yang menyerang Konspirasi dan
membuka tirai mereka dengan mengatakan ada sebuah organisasi rahasia yang
bekerja dan menjadi dalang Revolusi Perancis. Roberspierre dengan tegas
mengatakan, “Aku tidak berani menyebut nama mereka di tempat ini dan disaat
ini pula. Aku juga tidak bisa membuka tirai yang menutupi kelompok ini sejak
awal terjadinya peristiwa revolusi. Akan tetapi, aku bisa meyakinkan anda
sekalian, dan aku percaya sepenuhnya, bahwa di antara penggerak revolusi ini
ada kaki tangan yang diperalat dan melakukan kegiatan amoral dan penyuapan
besar-besaran. Kedua sarana itu merupakan taktik yang paling efektif untuk
menghancurkan negeri kita yang kita cintai ini…”
Roberspierre,
seorang Mason yang diberi kesempatan lebih untuk mengetahui lebih banyak dari
yang seharusnya, ternyata dinilai 13 petinggi Konspirasi Yahudi Internasional
telah bertindak melampaui batas. Mereka menetapkan jika Roberspierre harus
mati. Maka dalam waktu dekat, Roberspierre pun diseret ke tempat hukuman mati
dengan tuduhan yang dibuat-buat.
Sejarah mencatat bahwa di tengah kondisi Perancis yang
porak-poranda dan berkecamuknya kerusuhan serta situasi yang tidak menentu,
muncullah Napoleon Bonaparte yang penuh kharismatik lewat sebuah kudeta.
Sebagai seorang pemimpin militer, Napoleon meyakini kerusuhan di dalam negeri
harus diakhiri. Caranya adalah dengan menciptakan satu musuh dari luar yang
mampu menjadi musuh bersama bagi rakyat Perancis (The Common Enemy). Ide besar
Napoleon ini didukung oleh Konspirasi
Naiknya
Napoleon dalam peta politik Perancis didukung speenuhnya oleh Konspirasi.
Demikian pula dengan tumbangnya Napoleon yang juga dimanfaatkan oleh
Konspirasi. Bagi Konspirasi Yahudi Internasional, kesetiaan pada kepentingan
adalah yang utama, bukan kepada personal.
Salah
satu peristiwa yang sangat penting dalam perjalanan Eropa, terutama bagi
Inggris dan Perancis adalah Palagan Waterloo, yang yang terjadi pada tanggal 18
Juni 1815 di sebuah wilayah yang kini berada di Belgia, antar pasukan Napoleon
Bonaparte melawan pasukan Eropa yang dipimpin Panglima Perang Kerajaan
Inggris, Wellington.
Hasil
dari pertempuran besar ini akan sangat berpengaruh pada Eropa di masa depan.
Jika Napoleon keluar sebagai pemenang, maka Perancis akan menjadi tuan atas
seluruh daratan Eropa. Namun jika Napoleon bisa dikalahkan maka Inggris akan
menjadi penguasa keuangan Eropa yang tak kan tergoyahkan.
Ketika
dua kekuatan saling berhadapan di medan perang, pasar bursa saham di London
benar-benar seperti orang yang sedang demam, panas dingin dengan keringat yang
terus keluar, menantikan hasil akhirnya. Betapa tidak, jika Grande Armee de
France Napoleon Bonaparte menang maka bisa dipastikan perekonomian Inggris
akan hancur. Namun jika Wellington menang, perekonomian negara itu akan
melonjak drastis, meroket ke puncak kejayaan dengan menguasai Perancis.
Hal
ini diketahui Nathan Rothschild dan segera mengumpulkan agen-agen terbaiknya
dan mengirim mereka ke Waterloo untuk mengumpulkan informasi seakurat mungkin.
Agen-agen tambahan ditempatkan di beberapa pos komando yang mampu bergerak
cepat kapan saja untuk memberi bantuan, dukungan, maupun segi-segi teknis
lainnya.
Tanggal
15 Juni 1815, tiga hari sebelum D-Day, seorang agen kepercayaan Rothschild
dengan langkah tergesa menaiki sebuah perahu cepat melalui Selat Channel menuju
Pantai Dover di Inggris. Orang itu membawa laporan intelijen dari agen-agen
Rothschild di lapangan terkait perkembangan terakhir di lapangan. Agen khusus
itu tiba di Folkstone dini hari dan dijemput oleh Rothschild pribadi. Dengan
cepat dan seksama Rothschild membaca seluruh isi laporan tersebut dan langsung
bergegas ke pasar bursa London. Di pasar bursa itu Rothschild sudah menaruh
banyak agennya yang telah siap diperintah kapan pun.
Dengan
wajah dingin dan kaku seperti biasanya, Nathan Rothschild memasuki gerbang
pasar bursa. Seperti biasa, ia berdiri di dekat ‘Pilar Rothschild’ kesukaannya.
Agen-agen Rothschild yang sudah berada di pasar bursa sejak beberapa hari lalu,
dengan wajah yang juga dingin menunggu isyarat dari bosnya. Entah isyarat apa
yang diberikan Rothschild, tiba-tiba saja orang-orang Rothschild ini mulai
menumpahkan surat-surat berharga senilai ratusan ribu dollar ke pasar. Begitu
kertas-kertas berharga ini dilempar ke pasar dalam jumlah besar, nilainya
dengan cepat merosot tajam.
Nathan
tetap diam di pilarnya. Ia terus menjual, dan menjual. Nilai kertas-kertas
berharga ambruk tidak tertolong. Pialang-pialang lain mulai gelisah melihat
sikap Rothschild yang begitu berani melepas semua saham-sahamnya tanpa ampun
bagai membuang kertas-kertas yang tidak ada harganya sama sekali. Mereka mulai
berspekulasi, bisik-bisik mulai menyebar di antara mereka. Pasar bursa London
berdengung bagai suara lebah, “Rothschild sudah tahu! Rothschild sudah tahu!
Wellington kalah di Waterloo! Napoleon menang!”
Kepanikan
meletus di lantai bursa. Semua pialang mengikuti ulah Rothschild, menumpahkan
kertas-kertas berharganya ke pasar tanpa peduli menjadi berapa pun harganya.
Tak hanya uang, logam mulia seperti emas dan perak pun dilepas dengan harga
obral besar. Hanya satu harapan mereka: berupaya sekuat tenaga mempertahankan
kekayaan yang masih tersisa di tangannya. Semuanya terus menukik tajam.
Kertas-kertas berharga berserakan di lantai bursa bagaikan gunungan sampah.
Setelah
semua harga saham jatuh, dengan wajah tetap dingin, Nathan memberi isyarat lain
kepada para agennya. Bandul mulai bergerak berlawanan. Dengan sangat cepat,
para agen Rothschild yang tadinya melepas sahamnya, sekarang melesat ke tiap
meja yang ada dan memborong seluruh kertas berharga yang teronggok di atas meja
dan bertebaran di lantai. Kepanikan telah menyebabkan banyak pialang dan
pengusaha tidak lagi bisa berpikir jernih. Mereka tidak lagi melihat perubahan
sikap dari Rothschild. Dalam hitungan menit, semua saham, kertas berharga,
emas, perak, dan sebagainya kini telah jatuh ke tangan satu orang: Rothschild.
Dia menjadi penguasa tunggal dengan modal yang tidak seberapa.
Beberapa
hari kemudian berita yang sesungguhnya tentang Palagan Waterloo tiba di London.
Wellington menang! Wellington menang! Harga saham, kertas berharga, dan
sebagainya yang tadinya begitu murah, dengan cepat melesat meninggi. Kekayaan
Rothschild dalam waktu hanya semalam menjadi berlipat-lipat jumlahnya. Tak kurang
dari duapuluh kali lipat! Rakyat kebanyakan meloncat-loncat kegirangan di
jalanan. Sedang para pengusaha banyak yang merasakan mati sebelum waktunya.
Mereka kini telah menjadi budak dari Tuan Rothschild, sang penguasa Inggris dan
Eropa yang sesungguhnya. Perekonomian Inggris jatuh ke bawah sepatu Nathan
Rothschild pada tahun 1815. Tiga tahun kemudian Perancis menyusul Inggris dan
jatuh ke bawah sepatu yang sama.
Frederich
Morton, penulis Biografi Dinasti Rothschild menulis, jika dahulu mereka sangat
terbuka dalam berbisnis dan menjadi pusat pemberitaan selebritis dunia, maka
kini hal itu tidak lagi menjadi kebiasaan keluarga kaya raya tersebut. “Setelah
itu mereka menyelimuti kehadirannya dengan kesenyapan, tak terdengar dan tak
terlihat…” Menurut Morton, hal ini dilakukan sebagai strategi baru keluarga ini
untuk tetap eksis dalam tujuan utamanya memonopoli dunia, menciptakan The New
World Order.
Rothschild
dan Pendirian Federal Reserve
Ketika
Amerika masih terbagi dalam 13 koloni Inggris, Benjamin Franklin mengunjungi
London dan menemui sejumlah pemodal Yahudi berpengaruh di sana. Dalam pertemuan
yang dicatat dalam Dokumen Senat Amerika halaman 98 butir 33, yang ditulis
Robert L. Owen, mantan kepala komisi bank dan keuangan Kongres AS, dilaporkan
bahwa wakil-wakil perusahaan Rothschild di London menanyakan kepada Benjamin
Franklin hal-hal apa saja yang bisa membuat perekonomian koloni Inggris di
seberang lautan itu bisa maju.
Franklin
yang masih tercatat sebagai anggota Freemasonry Inggris menjawab, “Masalah itu
tidak sulit. Kita akan mencetak mata uang kita sendiri, sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan oleh industri yang kita miliki.”
Insting
bisnis Rothschild segera bekerja. Ini merupakan satu kesempatan besar untuk
menangguk untung di koloni Inggris ini. Namun sebagai langkah awal, hak untuk
mencetak uang sendiri bagi koloni di seberang lautan tersebut masih dilarang
oleh Inggris sampai waktu yang ditentukan. Namun persiapan ke arah itu sudah
dijalankan. Inggris saat itu memang sudah jatuh dalam pelukan Konspirasi.
Amshell
Mayer Rothschild sendiri saat itu masih sibuk di Jerman mengurus bisnisnya,
yang salah satu cabang usahanya adalah mengorganisir tentara bayaran (The
Mercenaries) Jerman bagi Inggris untuk menjaga koloni-koloni Inggris yang
sangat luas. Usulan mencetak mata uang sendiri bagi Amerika, lepas dari sistem
mata uang Inggris, akhirnya tiba di hadapan Rothschild. Setelah memperhitungkan
segala laba yang akan bisa diperoleh, demikian pula dengan penguasaan
politisnya, maka Rothschild akhirnya menganggukkan kepalanya. Dengan cepat
lahirlah sebuah undang-undang yang memberi hak kepada pemerintah Inggris di
koloni Amerika untuk mencetak mata uangnya sendiri bagi kepentingan koloninya
tersebut. Seluruh asset koloni Amerika pun dikeluarkan dari Bank Sentral
Inggris, sebagai pengembalian deposito sekaligus dengan bunganya yang dibayar
dengan mata uang yang baru. Hal ini menimbulkan harapan baru di koloni Amerika.
Tapi benarkah demikian?
Dalam
jangka waktu setahun ternyata Bank Sentral Inggris—lewat pengaruh pemodal
Yahudi—menolak menerima pembayaran lebih dari 50% dari nilai mata uang Amerika,
padahal ini dijamin oleh undang-undang yang baru. Dengan sendirinya, nilai
tukar mata uang Amerika pun anjlok hingga setengahnya. “…Masa-masa makmur telah
berakhir, dan berubah menjadi krisis ekonomi yang parah. Jalan-jalan di seluruh
koloni tersebut kini tidak lagi aman,” demikian paparan Benjamin Franklin yang
tercatat dalam Dokumen Kongres AS nomor 23.
Belum
cukup dengan itu, pemerintah pusat Inggris memberlakukan pajak tambahan kepada
koloninya tersebut yakni yang dikenal sebagai Pajak Teh. Keadaan di koloni
Amerika bertambah buruk. Kelaparan dan kekacauan terjadi di mana-mana.
Ketidakpuasan rakyat berbaur dengan ambisi sejumlah politikus. Situasi makin
genting. Dan tangan-tangan yang tak terlihat semakin memanaskan situasi ini
untuk mengobarkan apa yang telah terjadi sebelumnya di Inggris dan Perancis:
Revolusi.
Dalam sejarah dunia, revolusi merupakan hal yang
dibutuhkan tokoh-tokoh dalam bayangan gelap untuk menguasai suatu negara atau
suatu wilayah dengan cepat. Tak perduli berapa juta rakyat menjadi korbannya.
Sejarah
mencatat, bentrokkan bersenjata antara pasukan Inggris melawan pejuang
kemerdekaan Amerika Serikat terjadi pada 19 April 1775. Jenderal George
Washington diangkat menjadi pimpinan kaum revolusioner. Selama revolusi
berlangsung, Konspirasi Yahudi Internasional seperti biasa bermain di kedua
belah pihak. Yang satu mendukung Inggris, memberikan utang dan senjata untuk
memadamkan ‘pemberontakan kaum revolusioner’, sedang yang lain mendukung kaum
revolusioner dengan uang dan juga senjata. Tangan-tangan Konspirasi menyebabkan
Inggris kalah dan pada 4 Juli 1776, sejumlah tokoh Amerika Serikat
mendeklarasikan kemerdekaannya.
Merdeka
secara politis ternyata tidak menjamin kemerdekaan penuh secara ekonomis. Kaum
pemodal Yahudi dari Inggris masih saja merecoki pemerintahan yang baru saja
terbentuk. Rothschild dan seluruh jaringannya tanpa lelah terus menyusupkan
agen-agennya ke dalam tubuh Kongres. Dua orang agen mereka, Alexander Hamilton
dan Robert Morris pada tahun 1783 berhasil mendirikan Bank Amerika (bukan bank
sentral), sebagai ‘wakil’ dari Bank Sentral Inggris.
Melihat
gelagat yang kurang baik, Kongres membatalkan wewenang Bank Amerika untuk
mencetak uang. Pertarungan secara diam-diam ini berlangsung amat panas. Antara
kelompok pemodal Yahudi dengan sejumlah tokoh Amerika, yang herannya banyak
pula yang merupakan anggota Freemasonry, untuk menguasai perekonomian negara
yang baru ini.
Thomas
Jefferson menulis surat kepada John Quincy Adams, “Saya yakin sepenuhnya bahwa
lembaga-lembaga keuangan ini lebih berbahaya bagi kemerdekaan kita daripada
serbuan pasukan musuh. Lembaga keuangan itu juga telah melahirkan sekelompok
aristokrat kaya yang kekuasaannya mengancam pemerintah. Menurut hemat saya,
kita wajib meninjau hak mencetak mata uang bagi lembaga keuangan ini dan
mengembalikan wewenang itu kepada rakyat Amerika sebagai pihak yang paling
berhak.”
Mengetahui
surat ini, para pemodal Yahudi amat marah. Nathan Rothschild secara pribadi
mengancam Presiden Andrew Jackson akan menciptakan kondisi Amerika yang lebih
parah dan krisis berkepanjangan. Tapi Presiden Jackson tidak gentar.
“Anda sekalian tidak lain adalah kawanan perampok dan ular. Kami akan
menghancurkan kalian, dan bersumpah akan menghancurkan kalian semua!”
Pemodal
Yahudi benar-benar marah sehingga mendesak Inggris agar menyerbu Amerika dan
terjadilah perang lagi pada tahun 1816.
William
Guy Carr telah merinci kejadian demi kejadian ini dengan sangat bagus. Presiden
Abraham Lincoln sendiri pada malam tanggal 14 April 1865 dibunuh oleh seorang
Yahudi bernama John Dickles Booth. Konspirasi memerintahkan pembunuhan ini
karena mengetahui bahwa Presiden Lincoln akan segera mengeluarkan sebuah
undang-undang yang akan menyingkirkan hegemoni Konspirasi terhadap Amerika. Si
pembunuh Lincoln, Dickles Booth, berhubungan dengan Yahuda B. Benjamin, seorang
agen Rothschild di Amerika. Booth sendiri tertangkap dan dihukum, sedangkan
pihak Konspirasi tetap aman.
Bagi
yang tertarik mendalami masa-masa awal berdirinya negara Amerika Serikat,
pertarungan antara pihak Kongres-Nasionalis dengan para pemodal Yahudi
Internasional dalam menguasai perekonomian AS hingga The Federal Reserve atau
Bank Sentral Amerika berdiri, yang lucunya dimiliki oleh swasta bukan
pemerintah, bisa membaca buku William Guy Carr yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Pustaka Alkautsar berjudul “Yahudi
Menggenggam Dunia”, sebuah buku lagi yang juga saya rekomendasikan adalah The
Creature From Jekyll Island: A Second Look at the Federal Reserve (American
Opinion Publishing, Inc; 1994) karya Edward Griffin, yang edisi Indonesianya
telah diterbitkan oleh Esok Press dengan judul “Serial The Fed 1: Monster dari
Jekyll Island, Sebuah Studi Mendalam Tentang The Federal Reserve” yang
didistribusikan oleh LSM PaRaM. Dalam kedua buku tersebut, kita akan bisa
memahami bahwa sesungguhnya bangsa Amerika sekarang ini telah menjadi kuda
tunggangan, sedang dijajah, oleh satu kekuatan bayangan yang disebut Konspirasi
Yahudi Internasional. Bahkan kita akan mendapat kesimpulan yang kuat dan
mengagetkan: Negara Amerika Serikat serta seluruh warganegara dan asset-asetnya
sebenarnya milik dari The Federal Reserve.
Dalam
salah satu kertas presentasinya, seorang profesor Amerika dengan nama samaran
“Aristoteles”, menguraikan sebab-sebab kebangkrutan pemerintah Amerika Serikat
berjudul “U.S Government Bankruptcy Proceedings”. Walau hanya
berisi pokok-pokok peristiwa, namun makalah tersebut sangat penting untuk
diketahui. Inilah salinannya:
- Sebelum tahun 1913, pemerintah Amerika memperoleh dana dari tarif impor. Pada saat itu belum ada pajak dikenakan pada warganegara. Mata uang Amerika dibuat dari logam asli atau yang bisa dihargai/dikembalikan sebagai logam—dikenal sebagai “uang asli”.
- Pada tahun 1913 para bankers memutuskan bahwa telah terjadi kekurangan mata uang di Amerika dan pemerintah Amerika tidak bisa menerbitkan mata uang lagi karena semua emas cadangannya telah terpakai.
- Agar ada sirkulasi tambahan uang, kelompok orang mendirikan satu bank yang dinamakan “The Federal Reserve Bank of New York”.
- Kemudian Federal Reserve Bank di New York menjual stock yang dimiliki dan dibeli oleh mereka sendiri senilai US$ 450.000.000 melalui bank-bank sebagai berikut: Rothschild Bank of London, Rothschild Bank of Berlin, Warburg Bank of Hamburg, Warburg Bank of Amsterdam (Keluarga Warburg mengontrol German Reichsbank bersama Keluarga Rothschild), Israel Moses Seif Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris, Citibank, Goldman & Sach of New York, Lehman & Brothers of New York, Chase Manhattan Bank of New York, dan Kuhn & Loeb Bank of New York.
- Karena bank-bank tersebut mempunyai cadangan emas yang besar, maka bank tersebut dapat mengeluarkan mata uang yang dengan jaminan emas tersebut dan mata uang tersebut disebut “Federal Reserve Notes”. Bentuknya sama dengan mata uang Amerika dan masing-masing dapat saling tukar.
- Untuk membayar bunga, pemerintah Amerika menciptakan pajak. Jadi sebenarnya warganegara Amerika membayar bunga kepada Federal Reserve. Pajak ini dimulai tahun 1913, pada tahun yang sama Federal Reserve Bank didirikan. Seluruh pajak yang terkumpul dibayarkan ke Federal Reserve sebagai bunga atas pinjaman.
- Awal tahun 1929, Federal Reserve berhenti menerima uang emas sebagai bayaran. Yang berlaku hanya ‘uang resmi’. Federal Reserve mulai menarik uang kertas yang dijamin emas dari sirkulasi dan menggantinya dengan ‘uang resmi’.
- Sebelum tahun 1929 berakhir, ekonomi Amerika mengalami malapetaka (dikenal dengan masa ‘Great Depression’).
- Tahun 1931, Presiden Amerika Hoover mengumumkan kekuarangan budjet sebesar US$ 902.000.000.
- Tahun 1932 Amerika menjual emas senilai US$ 750.000.000 yang digunakan untuk menjamin mata uang Amerika. Ini sama dengan ‘penjualan likuidasi’ sebuah perusahaan bermasalah. Emas yang dijual ini dibeli dengan potongan (discount rates) oleh bank internsional/bank asing (persis keadaannya seperti di Indonesia sekarang ini), dan pembelinya adalah pemilik Federal Reserve di New York.
Federal
Reserve telah membangkrutkan seluruh asset Amerika Serikat. Seminggu kemudian,
di Parlemen, dilakukan tuntutan impeachment terhadap anggota-anggota dari Dewan
Federal Reserve, kebanyakan agen-agen Federal Reserve dan para manajer dari
Departemen Keuangan Amerika dengan tuduhan “kejahatan luar biasa dan
penyalahgunaan wewenang”, termasuk pencurian lebih dari US$ 80.000.000.000
pertahun selama lima tahun (total US$ 400.000.000.000!)
Tahun
1934 Roosevelt memerintahkan seluruh bank di Amerika untuk tutup selama satu
minggu dan menarik dari masyarakat emas dan mata uang yang diback-up
emas dan menggantinya dengan “seolah-olah uang” yang dicetak Federal Reserve.
Tahun itu dikenang sebagai ‘Liburan Bank Nasional’.
Rakyat
mulai menahan emasnya karena mereka tidak mau menggunakan kertas tak bernilai
“seolah-olah uang”. Karena itu Roosevelt pada tahun 1934 mengeluarkan perintah
bahwa setiap warganegara dilarang memiliki emas, karena illegal. Para hamba
hukum mulai melakukan penyelisikan pada orang-orang yang memiliki emas, dan
segera menyitanya jika ditemukan. (Catatan: Pada saat itu rakyat yang ketakutan
berbondong-bondong menukar emasnya dengan sertifikat/bond bertuliskan I.O.U
yang ditandatangani oleh Morgenthau, Menteri Keuangan Amerika). Hal ini
merupakan perampokan emas besar-besaran yang terjadi dalam sejarah umat
manusia. Tahun 1976 Presiden Carter mencabut aturan ini.
Tahun
1963 Presiden Kennedy memerintahkan Departemen Keuangan Amerika untuk mencetak
uang logam perak. Langkah ini mengakhiri kekuasaan Federal Reserve karena
dengan memiliki uang sendiri, maka rakyat Amerika tidak perlu membayar bunga
atas uangnya sendiri. Lima bulan setelah perintah itu dikeluarkan, Presiden
Kennedy mati dibunuh.
Langkah
pertama Presiden Johnson adalah membatalkan keputusan Presiden Kennedy dan
memerintahkan Departemen Keuangan Amerika untuk menghentikan pencetakan mata
uang perak sekaligus menarik mata uang perak dari peredaran untuk dimusnahkan.
Pada
hari yang sama Kennedy dimakamkan, Federal Reserve Bank mengeluarkan uang ‘no
promise’ yang pertama. Uang ini tidak menjanjikan bahwa mereka akan membayar
dalam mata uang yang sah secara hukum, tetapi mata uang ini merupakan alat
pembayaran yang berlaku.
Presiden
Ronald Reagan merencanakan memperbaiki pemerintahan Amerika sesuai dengan
aturan konstitusi. Ia ditembak beberapa bulan kemudian oleh anak dari teman
dekatnya, Wakil Presiden George Bush. Reagan bia diselamatkan, dan dia tidak
mengeluarkan perintah baru dan pada tahun 1987 untuk melaksanakannya namun
perintah tersebut tidak ditanggapi oleh pemerintah Amerika.
Tahun
1993, James Traficant dalam pidatonya yang terkenal di Parlemen mengutuk sistem
Federal Reserve sebagai suatu penipuan besar-besaran. Tak lama setelah itu ia
menjadi korban penyelidikan korupsi sekali pun tidak ada tuntutan kepadanya
selama bertahun-tahun.
Uang
dollar yang dicetak sebelum tahun 2000 tertera kata-kata Federal Reserve Bank
cabang mana yang mengeluarkan dan menjamin uang tersebut. Pada cetakan tahun
2000 dalam desain mata uang yang baru hanya tertera Federal Reserve System.
Pada
tahun 2002, Traficant akhirnya terbukti korupsi. Ia mengatakan bahwa
saksi-saksi yang melawan dia semuanya dipaksa untuk berbohong. Ia juga mengeluh
karena tidak diperkenankan menghubungi semua orang yang menyelidikinya, sebagai
saksi.
Henry Ford pernah berkata, “Barangkali ada bagusnya
rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui asal-usul uang, karena jika mereka
mengetahuinya, saya yakin esok pagi akan timbul revolusi.” 1 hari = Seminggu = Israel = Electronic Money.
Dinasti
Rothschild dan Yerusalem
Dinasti
Rothschild, selain menguasai The Federal Reserve dan sejumlah bank paling
berpengaruh dunia, ternyata juga berjasa besar dalam membangun The Temple Mount
dan kota Yerusalem serta bangsa Yahudi pada umumnya. Dengan demikian Rothschild
juga harus bertanggungjawab atas kerusakan Masjidil Aqsha sekarang ini. Rothschild
merupakan sponsor utama pembangunan Haikal Sulaiman ketiga yang direncanakan
akan berdiri di atas reruntuhan Masjid al-Aqsha. Haikal Sulaiman atau Bait
Suci, dalam sejarahnya pernah dua kali dibangun. Yang pertama dibangun oleh
Hiram Abiff (Raja Titus, pengikut Lucifer), yang kedua dibangun oleh Raja
Herodes (Romawi). Dan untuk yang ketiga, dinasti Rothschild membangun bait ini
kembali atas mandat Illuminaty.
Selain
Bait Suci, Gedung Mahkamah Agung Israel (The Supreme Court Building) yang
arsitektur bangunannya sarat dengan simbol Luciferian, juga dibangun
Rothschild. Posisi bangunan-bangunan yang berada di dalam kompleks Knesset ini
tersusun dalam garis-garis sejajar berbentuk dua persilangan simbol salib
terbalik (inverted cross), sebagaimana tanda salib yang terdapat di dalam gereja
setan. Gedung Parlemen dan Gedung Mahkamah Agung berada di garis pendek. Garis
panjang yang memotong garis pendek (membentuk salib) akan berakhir di
Rockefeller Museum di utara Gunung Moriah. Tarikan garis-garis ini membentuk
"anak kunci". Segala sesuatu mengenai gedung Mahkamah Agung ini
berkaitan dengan detail-detail perhitungan matematika yang berunsurkan
angka-angka magic yang secara umum disebut "diabolical" (the cult
calculation).
Para
insinyur yang dipilih untuk pekerjaan pembangunan gedung Supreme Court ini
ditentukan oleh Dorothy Rothschild. Yang terpilih kemudian adalah cucu
laki-laki dan cucu perempuan Ben-Zion Guine dari Turkey, orang kepercayaan
Baron Rothschild : Ram Kurmi, lahir di Yerusalem (1931) dan Ada Karmi Melanede,
lahir di Tel Aviv (1936). Mereka adalah orang-orang yang sangat ahli dalam ilmu
matematika diabolical dan Ley Lines. Adalah sangat penting bagi para perancang
bangunan ini untuk memiliki keahlian seperti itu supaya mereka mampu
menyelesaikan bangunannya dalam perhitungan angka-angka religious/spiritual
yang tepat di suatu wilayah geografi.
Untuk
keseluruhan gedung ada 1000 lembar proyek perencanaan, 1200 tumpukan semen,
waktu bekerja adalah 3 tahun (750 hari), dan hanya 20 pekerja ditetapkan untuk
bekerja setiap hari selama 200.000 hari kerja, 250.000 batu bangunan yang harus
diletakkan dengan tangan dalam posisi-posisi ritual yang penuh arti. Secara
utuh bentuk gedung ini menggambarkan T-cross (salib Tau = symbol okultisme bagi
dewa-dewa Mesir).
Dalam
kompleks ini terdapat “Rothschild emblem” yang merupakan simbol peringatan dan
penghargaan kepada dinasti Rothschild generasi pertama, Rothschild dan lima
anak laki-lakinya, sebagai pelopor berdirinya bank-bank central di hampir semua
Negara Eropa.
Keluarga
Rothschild membuat beberapa kesepakatan dengan pemerintah Israel sebelum mereka
membangun gedung-gedung di kompleks Knesset, khususnya The Supreme Court.
Kesepakatan tersebut antara lain memberikan ijin kepada Rothschild untuk
membangun The Supreme Court dengan arsitek sendiri, dan biaya pembangunan
seluruhnya ditanggung oleh Rothschilds (tidak seorangpun tahu berapa nilainya).
Satu gedung ini saja menghabiskan waktu pembangunan selama tiga tahun ditambah
satu tahun untuk mengerjakan begitu banyak "rahasia" di dalamnya.
Memasuki
gedung ini, setelah melewati pemeriksaan sekuriti, hal yang pertama bisa
dilihat adalah foto besar di dinding sebelah kiri. Di bagian kiri foto itu
terlihat Teddy Kollek, kemudian Lord Rothschild, disebelah kanan berdiri Shimon
Peres, di bawah kiri adalah Yitzhak Rabin. Yang lainnya adalah keluarga
Rothschild yang terlibat dalam pembangunan The Supreme Court.
Dinasti Rothschild merupakan salah satu dinasti
terkuat Luciferian di dunia sejak dulu hingga kini. Kelimpahan materi yang
sangat banyak, juga kehidupannya, semata-mata dipersembahkan bagi agama
Luciferiannya. Dalam hal ini Rothschild jauh lebih saleh ketimbang orang-orang
yang mengaku beragama monotheisme namun malah memperdagangan agama itu sendiri
demi mengambil keuntungan materi bagi diri pribadi dan keluarganya. Wallahu’alam
bishawab.................. Zionis Yahudi akan menerapkan mata uang elektronik sebagai transaksi makro (antar negara). Sekarang negara-negara di dunia sudah mulai menggunakan transaksi Electronic Money termasuk di Indonesia akibatnya nilai mata uang Dollar akan semakin kolaps dan diikuti nilai mata uang negara lain termasuk nilai Rupiah akan semakin lemah. Implikasinya, harga MIGAS, EKSPOR-IMPOR dan harga kebutuhan bahan pokok akan terus naik dan suatu saat dunia akan mengalami resesi ekonomi/kehancuran ekonomi dunia sudah didepan mata akibat dari gejolak Timur Tengah dan Ukraina yang didukung NATO dengan Rusia.
37 hari = Zaman seperti hari kita, yaitu zaman kemunculan Dajjal dan memerintah dunia secara nyata yaitu munculnya Al Masih palsu (Dajjal) yang akan memimpin Bangsa Yahudi dan Israel aka mengendalikan dan menguasai dunia dalam waktu yang singkat.
Ketika Israel menguasai dunia, Dajjal akan muncul menguasai dunia apabila Laut Galilea menjadi kering, yaitu lebih kurang 20-50 tahun akan datang, Wallahu'alam.., akibat penggunaan oleh manusia, perindustrian, projek penghijauan padang pasir dan sebagainya. Faktor lain adalah kemarau berpanjangan berlaku 3 tahun sebelum kemunculan Dajjal (Ini adalah petunjuk dari Allah SWT tentang kemunculan Dajjal, dan kemarau
yang panjang menjadi rahmat terbesar kepada orang beriman karena cobaan melatih ke imanannya untuk mengalahkan Dajjal). Oleh karena itu kemarau dan kekeringan air Laut Galilea/Danau Thiberia adalah tahap akhir dari “Tatanan Dunia Baru” (Gog & Magog World Order) dan mengikut hadis yang menyatakan “…Kemudian datang pula segolongan yang lain (dari kalangan mereka kaum Yakjuj & Makjuj) lalu mereka berkata :“Dulunya terdapat air di sini”…” (HR Muslim). Dan dijelaskan juga melalui hadis yang mengisahkan tentang pelayaran Tamim Ad-Dari, seorang Nasrani yang akhirnya memeluk Islam, terdampar di sebuah pulau dan bertemu Dajjal yang menanyakan serta mengatakan air ‘Laut Galilea’ akan menjadi kering (HR Muslim). Inilah salah satu petunjuk bahwa kaum Ya’juj & Ma’juj sudah keluar, yaitu penjelasan tentang air Laut Galilea yang digunakan manusia dan makin lama makin mengering. Sepanjang waktu sebelum kemunculan Dajjal, Peperangan Dunia III yang mengakibatkan kesusahan, kemelaratan dan kekejaman merajalela lebih kurang 19 tahun hingga kemunculan Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s. Rasulullah SAW menyatakan kehidupan Dajjal menjalankan misinya pada 3 dimensi waktu tidak seperti hari-hari kita. ApakahRasulullah SAW meminta kita untuk menghitung harinya? Maksudnya kita perlu membuat perkiraan matematik dan menghitung untuk mendapatkan waktu kemunculan Dajjal. Persoalannya ialah apakah jumlah hari selain hari kita? Jawapannya terkandung dalam surah al-Hajj:47 “…Dan (katakanlah kepada mereka): sesungguhnya satu hari dari hari-hari azab di sisi Tuhanmu adalah menyamai seribu tahun dari yang kamu hitung...”;al-Hajj:47. Kini kita menemukan fakta 1 hari bersamaan 1,000 tahun, dan fakta lain ialah terdapat 12 bulan atau 52 minggu di dalam setahun. Selainnya tahun dikira mestilah mengikuti tahun Hijrah dan bukan tahun Gregorian. Hanya Allah yang berkuasa menentukan waktu dan bilangan tahunnya.“…Dia lah yang menjadikan matahari bersinar-sinar (terang-benderang) dan bulan bercahaya, dan Dia lah yang menentukan perjalanan tiap-tiap satu itu (berpindah-randah) pada tempat-tempat peredarannya masing-masing) supaya kamu dapat mengetahui bilangan tahun dan kiraan masa…”; al-Yunus:5
Oleh karena itu kehidupan Dajjal semasa berada di dimensi lain adalah
mengikuti waktu di bawah:
1 hari = Setahun = 1,000 tahun
1 hari = Sebulan = 1,000 tahun/12 (bulan) = 83 tahun
1 hari = Seminggu = 1,000 tahun/52 (minggu) = 19 tahun
Dari perkiraan tersebut kita mendapati kehidupan Dajjal selama 1,000 tahun pada peringkat atau dimensi pertama, 83 tahun pada dimensi ke dua, dan 19 tahun pada dimensi ketiga. Teori perkiraan tersebut mengikuti tahun Hijrah yang menyatakan Ya’juj & Ma’juj memecah tembok dan mulai menyebar dan bercampur baur pada tahun 353 Hijrah (965 M) (Bangsa Barbar Khazar keturunan dari kaum Yakjuj & Makjuj sekarang mulai aktif berdagang pada 850 M).
Maka :
353 Hijrah + 1,000 tahun = 1353 Hijrah (1935 M)
= Zaman Dajjal menguasai Europe & kejatuhan Britania (Inggris).
Bangsa Eropa dan Britania (Inggris) mulai melakukan ekspansi dan mengusai dunia pada abad 17 sampai awal abad 20 dan Britania (Inggris) adalah pimpinan yang mengusai dan mengendalikan dunia.
1353 Hijrah + 83 tahun = 1436 Hijrah (2014 M)
= Zaman Dajjal menguasai Amerika Serikat dan masa peralihan kepada Israel (bermulanya Perang Dunia III yang dimulai dengan peperangan kecil seperti yang terjadi di Ukraina-Krimea, Suriah, Irak
dan Afghanistan). Amerika Serikat mengambil alih sebagai pimpinan dunia dari tangan Britania (Inggris) pasca PD II dan berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Sekarang Amerika Serikat menuju kehancuran ekonomi dan mata uang Dollar dan akan merembet terhadap negara-negara yang mengikuti Dollar. Indikasiinya harga MIGAS, kebutuhan bahan pokok akan terus naik, biaya hidup semakin tinggi, banyak orang yang stress bahkan semakin banyak yang melakukan bunuh diri karena himpitan dan beban ekonomi. Dan ini akan berlangsung terus sampai kehancuran ekonomi dunia, puncaknya akan terjadi ketika kehancuran peradaban modern menuju pemulihan khilafah (rasanya tidak perlu gelar Doktor dan Profesor di bidang ekonomi, semua ada petunjuk dalam Al Qur’an dan Hadist).
Pintu gerbang menuju perang besar sudah terbuka, bahkan Paus Fransikus (pemipin tertinggi umat Katholik) menyampaikan pernyataan di media tv one ( teks line), “Banyak terjadi konflik, dunia di ambang PD III.” Fenomena ISIS yang mengobarkan perang antar sekte di Timur Tengah (yang sebenarnya adalah konspirasi global untuk memperburuk citra Islam, implikasinya adalah ketika saatnya tiba kemunculan Imam Mahdi untuk memulihkan Islam dan Khilafah, justru sebagian umat Islam tidak akan mempercayainya karena begitu kuatnya stigma teroris dan akibat dari keganasan kelompok ISIS bertingkah laku seperti kaum Barbar dengan mempertontonkan hukum penggal kepala. Ini justru mereka mengadopsi cara-cara Zionis yang memang dari keturunan Barbar/Yafits bin Nuh. Mereka sudah melenceng dari Al Qur'an dan Sunnah, hanya orang yg berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah, dan melihat dengan mata hatinya yang dapat melihat kebenaran ini, dengan kata lain, inilah salah satu kelompok kawarij akhir zaman/zaman modern). konflik lain yang berpotensi memicu PD III adalah konflik Krimea-Ukraina dengan Rusia.
1436 Hijrah + 19 tahun = 1455 Hijrah (2033 M)
= Zaman Dajjal menguasai Israel dan penderitaan Perang Dunia III yang berkepanjangan. Zionis Yahudi akan menciptakan konspirasi
peperangan besar dan Israel akan mengambil alih kepepimpinan dunia dari tangan Amerika Serikat dalam masa yang lebih singkat. Ketika penduduk bumi hidup dalam kondisi kesusahan dan kemelaratan, maka pada saat itulah kemunculan Imam Mahdi dan Dajjal serta kembalinya Nabi Isa Al Masih. Hal ini akan terjadi sekitar 20 - 50 tahun yang akan datang. Wallahu’alam bish showab ........Sebelum kemunculan Dajjal Al Masih, para pengikut Dajjal dari golo ngan Yakjuj dan Makjuj akan menciptakan sistem tatanan dunia baru
yaitu Sistem Dajjal sehingga ketika kemunculan Al Masih yang palsu (Dajjal), manusia di akhir zaman akan menerimanya sebagai Al Masih dan sebagai pemimpin, namun itu hanyalah tipuan belaka dan merupakan cobaan di akhir zaman bagi umat muslim. Pada saat ini, kebudayaan dan peradaban modern barat telah menguasai dunia, umat Islam yang memiliki mata namun tidak dapat melihat karena “kiblatnya” lebih condong ke Washington (AS).Pada saat ini umat muslim telah mengalami penindasan, kemiskinan dan kemelaratan karena system Dajjal yang menguasai dunia. Bagi yang menentang system Dajjal akan menglami penindasan, kemiskinan/kemelaratan (berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah, sesungguhnya itu adalah surga-Nya) dan bagi yang setia sebagai pengikut system Dajjal akan hidup nyaman dan bergelimang dengan kemewahan (dengan melalaikan Al Qur’an dan Sunnah, sesungguhanya itu adalah neraka-Nya).
Dalam Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:“Inginkah kamu sekalian aku beritahukan tentang Dajjal, suatu keterangan yang belum pernah diceritakan seorang nabi kepada kaumnya? Sesungguhnya ia buta sebelah mata, ia datang dengan membawa sesuatu seperti surga dan neraka. Maka apa yang dikatakannya surga adalah neraka dan aku telah memperingatkan kalian terhadap nya sebagaimana Nabi Nuh telah memperingatkan kaumnya”. (Shahih Muslim). Dan ketika Imam Mahdi datang, dia akan berbagi kekayaan dengan umatnya (Ghonimah), berupa Dinar dan Dirham, bukan dengan Dollar yang berasal dari system Dajjal.
Apa itu system Dajjal ?
Sisitem Dajjal yaitu tatanan kehidupan yang dipimpin oleh USA (kiblat dunia condong ke USA). Hal ini tercermin dalam lembaran uang Dollar USA, bagian depan dari uang tersebut bergambar presiden pertama
Goerge Washington dan bagian belakang bergambar pyramid terpotong.. Letak gambar pyramid di belakang, sebagai isyarat bahwa di belakang USA itu ada kekuatan lain dan di atas pyramid itu ada setiga
bergambar mata satu. Di atasnya ada tulisan “Annuit Coeptis”artinya semoga dia (Dajjal) senang dengan proyek ini. Di bawahnya ada tulisan “Ordo Seclorum”yaitu tatanan dunia baru artinya umat seluruh
dunia diharap kan menjadi satu peradaban dan menerima kepemimpinan Dajjal Al Masih. Mata uang kertas dan uang elektronik (pengganti mata uang kertas) sekarang berasal dari Sistem Dajjal dan bukan hanya
berfungsi sebagai alat pembayaran saja, namun juga sebagai alat perampasan kekayaan negara lain dan membawa system perbudakan kepada dunia -moderen seperti pengiriman tenaga kerja wanita ke luar
negri. Dalam sebuah Hadist Nabi Muhammad SAW memberitahu kita bahwa di akhir zaman akan ada perbudakan wanita,“Seorang budak wanita -akan melahirkan tuannya.” Sistem kapitalis akan melahirkan
perbudakan modern.
Dalam Hadis dari Abu Musa r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya akan datang pada sekalian manusia suatu zaman yang seorang itu berkeliling dengan membawa harta yang akan disedekahkan berupa emas, tetapi ia tidak menemukan seorang-pun yang suka mengambil sedekah itu daripadanya. Juga akan datanglah suatu zaman yang di situ seorang lelaki dapat dilihat oleh orang banyak, ia diikuti oleh empat puluh orang perempuan yang semua ini menggantungkan nasibnya pada lelaki tersebut. Ini disebabkan karena sedikitnya kaum lelaki dan banyaknya kaum wanita”.(HR. Muslim). Nabi Muhammad SAW telah memberitahukan bahwa Imam Mahdi tersebut akan membagikan kekayaan yaitu berupa mata uang Dinar dan Dirham (emas dan perak) di mana Allah SWT telah memerintahkan dalam Al Qur’an untuk di gunakan sebagai alat transaksi dan pembayaran. Dan jika kita menggunakan mata uang tersebut di Indonesia, niscaya tidak akan ada kemiskinan seperti sekarang, di mana Dollar telah menghisap dan merampas kekayaan alam Indonesia. Kekayaan alam yang menyangkut hajat hidup rakyat telah dikuasai dan telah mereka hisap dengan system ribanya. Lihat saja ketika nilai Rupiah jatuh terhadap nilai Dollar, maka hutang Indonesia akan terus bertambah dan ini akan terus berulang. Rakyat akan semakin tertindas karena harga MIGAS dan kebutuhan pokok akan terus naik. Gejolak sosial yang berujung pada kekacauan dan huru-hara yang lebih dahsyat dari yang pernah terjadi pada tahun 1998, akan terjadi jika pemimpin yang dipilih rakyat tidak mereka (Zionis) sukai, tidak menguntung mereka dan tidak mereka kehendaki. Adakah pemimpin yang dipilih berani
melawan kekuasaan mereka? Adakah pe mimpin yang dipilih berani mengorban jiwa dan raganya untuk melawan mereka? Dan huru-hara itu akan terjadi jika masanya sudah tiba dan jika Allah SWT sudah
menghendaki maka akan datang suatu masa di mana sistem Zionis ini akan hancur, kaum muslim akan menyadari dan bangkit melawan dan menghancurkan Zionis yaitu ketika masa pemulihan khilafah dengan
muncul nya Imam Mahdi dan kembalinya Isa Al Masih. Wallahu'alam bish showab....................................
OLEH ; ZULHENDRI. SP
Sumber Inspirasi:
- Sheikh Imron N. Hosein