Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 27 April 2014

PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL DI AKHIR ZAMAN I



Sebelum melanjutkan pembahasan tentang “Penaklukan Konstantinopel di Akhir Zaman”, terlebih dahulu kita memahami Sejarah Kesultanan Ustmaniyyah yaitu khilafah terakhir di muka bumi ini.

A.    SEJARAH KESULTANAN USTMANIYAH (TURKI USTMANIYAH)
                                              Sumber:  Wikipedia

Kesultanan Turki atau Turki saja, adalah imperium lintas benua yang didirikan oleh suku-suku Turki di bawah pimpinan Osman Bey di barat laut Anatolia pada tahun 1299.   Seiring penaklukan Konstantinopel oleh Mehmet II tahun 1453, negara Utsmaniyah berubah menjadi kesultanan. Sepanjang abad ke-16 dan 17, tepatnya pada puncak kekuasaannya di bawah pemerintahan Suleiman Agung, Kesultanan Utsmaniyah adalah salah satu negara terkuat di dunia, imperium multinasional dan multibahasa yang mengendalikan sebagian besar Eropa Tenggara, Asia Barat/Kaukasus, Afrika Utara, dan Tanduk Afrika.
Dengan Konstantinopel sebagai ibu kotanya dan kekuasaannya atas wilayah yang luas di sekitar cekungan Mediterania, Kesultanan Utsmaniyah menjadi pusat interaksi antara dunia Timur dan Barat selama lebih dari enam abad.Kesultanan ini bubar pasca Perang Dunia I.Pembubarannya berujung pada kemunculan rezim politik baru di Turki, serta pembentukan Balkan dan Timur Tengah yang baru.
Kebangkitan (1299–1453)
Pasca pembubaran Kesultanan Rum yang dipimpin dinasti Seljuq Turki, pendahulu Utsmaniyah, pada tahun 1300-an, Anatolia terpecah menjadi beberapa negara merdeka (kebanyakan Turki) yang disebut emirat Ghazi. Salah satu emirat Ghazi dipimpin oleh Osman I (1258 – 1326) dan namanya menjadi asal usul nama Utsmaniyah. Osman I memperluas batas permukiman Turki sampai pinggiran Kekaisaran Bizantium.Tidak jelas bagaimana Osmanli berhasil menguasai wilayah tetangganya karena belum banyak diketahui soal sejarah Anatolia abad pertengahan.
Pada abad setelah kematian Osman I, kekuasaan Utsmaniyah mulai meluas sampai Mediterania Timur dan Balkan. Putra Osman, Orhan, menaklukkan kotaBursa pada tahun 1324 dan menjadikannya ibu kota negara Utsmaniyah. Kejatuhan Bursa menandakan berakhirnya kendali Bizantium atas Anatolia Barat Laut.Kota Thessaloniki direbut dari Republik Venesia pada tahun 1387.Kemenangan Utsmaniyah di Kosovo tahun 1389 secara efektif mengawali kejatuhan pemerintahan Serbia di wilayah itu dan membuka jalan untuk perluasan wilayah Utsmaniyah di Eropa.Pertempuran Nicopolis tahun 1396 yang dianggap luas sebagai perang salib besar terakhir pada Abad Pertengahan gagal menghambat laju bangsa Turki Utsmaniyah.
Seiring meluasnya kekuasaan Turki di Balkan, penaklukan strategis Konstantinopel menjadi tugas penting. Kesultanan ini mengendalikan nyaris seluruh bekas tanah Bizantium di sekitar kota, namun warga Yunani Bizantium sempat luput ketika penguasa Turk-Mongolia, Tamerlane, menyerbu Anatolia dalam Pertempuran Ankara tahun 1402. Ia menangkap Sultan Bayezid I. Penangkapan Bayezid I menciptakan kekacauan di kalangan penduduk Turki.Negara pun mengalami perang saudara yang berlangsung sejak 1402 sampai 1413 karena para putra Bayezid memperebutkan takhta.Perang berakhir ketika Mehmet I naik sebagai sultan dan mengembalikan kekuasaan Utsmaniyah.Kenaikannya juga mengakhiri Interregnum yang disebut Fetret Devri dalam bahasa Turki Utsmaniyah.
Sebagian teritori Utsmaniyah di Balkan (seperti Thessaloniki, Makedonia, dan Kosovo) sempat terlepas setelah 1402, tetapi berhasil direbut kembali oleh Murad II antara 1430-an dan 1450-an. Pada tanggal 10 November 1444, Murad II mengalahkan pasukan Hongaria, Polandia, dan Wallachia yang dipimpin Władysław III dari Polandia (sekaligus Raja Hongaria) dan János Hunyadi di Pertempuran Varna, pertempuran terakhir dalam Perang Salib Varna..   Empat tahun kemudian, János Hunyadi mempersiapkan pasukannya (terdiri dari pasukan Hongaria dan Wallachia) untuk menyerang Turki, namun dikalahkan oleh Murad II dalam Pertempuran Kosovo Kedua tahun 1448.
Perkembangan (1453–1683)
Putra Murad II, Mehmed II, menata ulang negara dan militernya, lalu menaklukkan Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453. Mehmed mengizinkan Gereja Ortodoks  mempertahankan otonomi dan tanahnya dengan imbalan mengakui pemerintahan Utsmaniyah.Karena hubungan yang buruk antara negara-negara Eropa Barat dan Kekaisaran Romawi Timur, banyak penduduk Ortodoks yang mengakui kekuasaan Utsmaniyah alih-alih Venesia.
Pada abad ke-15 dan 16, Kesultanan Utsmaniyah memasuki periode ekspansi.Kesultanan ini berhasil makmur di bawah kepemimpinan sejumlah Sultan yang tegas dan efektif.Ekonominya juga maju karena pemerintah mengendalikan rute-rute perdagangan darat utama antara Eropa dan Asia.
Sultan Selim I (1512–1520) memperluas batas timur dan selatan Kesultanan Utsmaniyah secara dramatis dengan mengalahkan Shah Ismail dari PersiaSafavid dalam Pertempuran Chaldiran.   Selim I mendirikan pemerintahan Utsmaniyah di Mesir dan mengerahkan angkatan lautnya ke Laut Merah.Setelah ekspansi tersebut, persaingan pun pecah antara Kekaisaran Portugal dan Kesultanan Utsmaniyah yang sama-sama berusaha menjadi kekuatan besar di kawasan itu.
Suleiman Agung (1520–1566) mencaplok Belgrade tahun 1521, menguasai wilayah selatan dan tengah Kerajaan Hongaria sebagai bagian dari Peperangan Utsmaniyah–Hongaria. Setelah memenangkan Pertempuran Mohács tahun 1526, ia mendirikan pemerintahan Turki di wilayah yang sekarang disebut Hongaria (kecuali bagian baratnya) dan teritori Eropa Tengah lainnya. Ia kemudian mengepung Wina tahun 1529, tetapi gagal.  Tahun 1532, ia melancarkan serangan lain ke Wina, namun dikalahkan pada Pengepungan Güns.   Transylvania, Wallachia, dan Moldavia (sementara) menjadi kepangeranan bawahan Kesultanan Utsmaniyah. Di sebelah timur, bangsa Turk Utsmaniyah merebut Baghdad dari Persia pada tahun 1535, menguasai Mesopotamia, dan mendapatkan akses laut ke Teluk Persia.
Perancis dan Kesultanan Utsmaniyah bersatu karena sama-sama menentang pemerintahan Habsburg dan menjadi sekutu yang kuat. Penaklukan Nice (1543) dan Corsica (1553) oleh Perancis adalah hasil kerja sama antara pasukan raja Francis I dari Perancis dan Suleiman. Pasukan tersebut dipimpin oleh laksamana Utsmaniyah Barbarossa Hayreddin Pasha dan Turgut Reis.Satu bulan sebelum pengepungan Nice, Perancis membantu Utsmaniyah dengan mengirimkan satu unit artileri pada penaklukan Esztergom tahun 1543.Setelah bangsa Turk membuat serangkaian kemajuan tahun 1543, penguasa Habsburg Ferdinand I secara resmi mengakui pemerintahan Utsmaniyah di Hongaria pada tahun 1547.
Pada tahun 1559, setelah perang Ajuuraan-Portugal pertama, Kesultanan Utsmaniyah menganeksasi Kesultanan Adal yang lemah ke dalam wilayahnya.Ekspansi ini mengawali pemerintahan Utsmaniyah di Somalia dan Tanduk Afrika.Aneksasi tersebut juga meningkatkan pengaruh Utsmaniyah di Samudra Hindia untuk bersaing dengan Portugal.
Pada akhir masa kekuasaan Suleiman, jumlah penduduk Kesultanan Utsmaniyah mencapai 15.000.000 orang dan tersebar di tiga benua.[30] Selain itu, kesultanan ini menjadi kekuatan laut besar yang mengendalikan sebagian besar Laut Mediterania.  Saat itu, Kesultanan Utsmaniyah adalah bagian utama dari lingkup politik Eropa.Kesuksesan politik dan militernya sering disamakan dengan Kekaisaran Romawi, salah satunya oleh cendekiawan Italia Francesco Sansovino dan filsuf politik Perancis Jean Bodin.
Pemberontakan dan pemulihan (1566–1683)
Struktur militer dan birokrasi yang efektif pada abad sebelumnya terancam gagal ketika sultan-sultan selanjutnya tidak tegas memimpin.Kesultanan Utsmaniyah perlahan dikalahkan bangsa Eropa dari segi teknologi militer karena inovasi yang mendorong perluasan kesultanan ini dihambat oleh paham konservatisme agama dan intelektual yang terus berkembang.Meski mengalami kesulitan, kesultanan ini tetap menjadi kekuatan ekspansionis besar sampai Pertempuran Wina tahun 1683 yang menandakan akhir ekspansi Utsmaniyah ke Eropa.
Penemuan rute dagang laut baru oleh negara-negara Eropa Barat memungkinkan mereka menghindari monopoli dagang Utsmaniyah.Penemuan Tanjung Harapan Baik oleh Portugal tahun 1488 merintis serangkaian perang laut Utsmaniyah-Portugal di Samudra Hindia sepanjang abad ke-16. Dari segi ekonomi, pemasukanperak Spanyol dari Dunia Baru mengakibatkan mata uang Utsmaniyah mengalami devaluasi tajam dan inflasi tinggi.
Di bawah kepemimpinan Ivan IV (1533–1584), Kekaisaran Rusia meluas sampai kawasan Volga dan Kaspia dengan menaklukkan beberapa kekhanan Tatar.Pada tahun 1571, khan Krimea Devlet I Giray yang didukung Utsmaniyah membakar Moskwa.Tahun berikutnya, invasi diulang namun digagalkan pada Pertempuran Molodi.Kekhanan Krimea terus menyerbu Eropa Timur melalui serangkaian serangan budakdan menjadi kekuatan besar di Eropa Timur sampai akhir abad ke-17.
Di Eropa Selatan, koalisi Katolik yang dipimpin Philip II dari Spanyol mengalahkan armada Utsmaniyah di Pertempuran Lepanto.Ini merupakan pukulan telak dan simbolis terhadap citra kehebatan Utsmaniyah.Memudarnya citra ini diawali oleh kemenangan Ksatria Malta atas pasukan Utsmaniyah dalam Pengepungan Malta tahun 1565.Pertempuran Lepanto membuat Angkatan Laut Utsmaniyah kehilangan banyak tenaga ahlinya, sedangkan kapal-kapalnya masih bisa diperbaiki.Angkatan Laut Utsmaniyah pulih dengan cepat dan memaksa Venesia menandatangani perjanjian damai tahun 1573 yang mengizinkan Kesultanan Utsmaniyah memperluas dan memperkuat posisinya di Afrika Utara.
Sebaliknya, wilayah Habsburg tidak berubah setelah pertahanan Habsburg diperkuat.Perang Panjang melawan Austria Habsburg (1593–1606) membuat pemerintah melengkapi infanterinya dengan senjata api dan melonggarkan kebijakan perekrutan. Keputusan ini menciptakan masalah ketidakpatuhan dan pemberontakan di dalam tubuh militer yang tidak pernah terselesaikan.Penembak jitu ireguler (Sekban) juga direkrut. Demobilisasi pun berubah menjadi brigandase (perampokan) dalam pemberontakan Jelali (1595–1610) yang memperluas aksi anarkis di Anatolia pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17. Ketika populasi kesultanan mencapai 30.000.000 jiwa pada tahun 1600, kelangkaan tanah membuat pemerintah ditekan habis-habisan.
Pada masa kekuasaannya yang singkat, Murad IV (1612–1640) membentuk kembali pemerintahan pusat dan merebut Yerevan (1635) dan Baghdad (1639) dari Safavid.Kesultanan wanita (1648–1656) adalah periode ketika ibu para sultan muda berkuasa atas nama putranya. Tokoh wanita yang paling berpengaruh waktu itu adalah Kösem Sultan dan menantunya Turhan Hatice.Persaingan politik mereka berujung pada pembunuhan Kösem pada 1651.  Selama Era Köprülü (1656–1703), pemerintahan efektif dijalankan oleh sejumlah Wazir Agung dari keluarga Köprülü. Kewaziran Köprülü mengalami kesuksesan militer dengan didirikannya pemerintahan di Transylvania, penaklukan Kreta tahun 1669, dan ekspansi ke Ukraina selatan Polandia.Pertahanan terakhir Khotyn dan Kamianets-Podilskyi dan teritori Podolia bergabung dengan Kesultanan Utsmaniyah tahun 1676.
Periode ketegasan baru ini berakhir pada Mei 1683 saat Wazir Agung Kara Mustafa Pasha memimpin pasukan besar untuk mengepung Wina kedua kalinya dalam Perang Turki Besar 1683–1687. Serangan terakhir mereka tertunda karena pasukan Utsmaniyah didesak mundur oleh pasukan sekutu Habsburg, Jerman, dan Polandia yang dipimpin Raja Polandia Jan III Sobieski pada Pertempuran Wina.Aliansi Liga Suci terus melaju pasca kekalahan di Wina dan memuncak pada Perjanjian Karlowitz (26 Januari 1699) yang mengakhiri Perang Turki Besar.Kesultanan Utsmaniyah menyerahkan sejumlah wilayah pentingnya, kebanyakan diserahkan secara permanen.Mustafa II (1695–1703) memimpin serangan balasan terhadap Wangsa Habsburg di Hongaria pada 1695–96, namun kalah besar di Zenta (11 September 1697).
Kemandekan dan reformasi (1683–1827)
Pada periode ini, ekspansi Rusia membawa ancaman besar yang terus berkembang. Karena itu, Raja Charles XII dari Swedia diterima sebagai sekutu Kesultanan Utsmaniyah setelah pasukannya dikalahkan Rusia pada Pertempuran Poltava tahun 1709 (bagian dari Perang Utara Besar 1700–1721.)  Charles XII mendesak Sultan Utsmaniyah Ahmed III untuk menyatakan perang terhadap Rusia.Utsmaniyah berhasil memenangkan Kampanye Sungai Pruth yang berlangsung pada 1710–1711.   Pasca Perang Austria-Turki 1716–1718, Perjanjian Passarowitz mencantumkan penyerahan wilayah Banat, Serbia, dan "Walachia Kecil" (Oltenia) ke Austria. Perjanjian ini juga menyebutkan bahwa Kesultanan Utsmaniyah mengambil sikap defensif dan tidak mungkin melakukan agresi lagi di Eropa.
Perang Austria-Rusia–Turki yang diakhiri oleh Perjanjian Belgrade 1739 berujung pada kembalinya Serbia dan Oltenia, namun pelabuhan Azov berhasil direbut Rusia.Setelah perjanjian ini, Kesultanan Utsmaniyah menikmati masa perdamaian karena Austria dan Rusia terpaksa menghadapi kebangkitan Prusia.
Pada 1768, para Haidamak, pemberontak konfederasi Polandia yang dibantu Rusia, memasuki Balta, kota Utsmaniyah di perbatasan Bessarabia, dan membantai warganya dan membumihanguskan kota tersebut. Tindakan ini memaksa Kesultanan Utsmaniyah memulai Perang Rusia-Turki 1768–1774.Perjanjian Küçük Kaynarca tahun 1774 mengakhiri perang ini dan memberikan kebebasan beribadah bagi warga Kristen di provinsi Wallachia dan Moldavia.Pada akhir abad ke-18, serangkaian kekalahan perang melawan Rusia membuat beberapa kalangan di Kesultanan Utsmaniyah yakin bahwa reformasi yang dijalankan Peter Agung memberi keunggulan bagi Rusia, dan Utsmaniyah harus menggunakan teknologi Barat untuk menghindari kekalahan lebih lanjut.
Selim III (1789–1807) melakukan upaya besar pertama dalam memodernisasi pasukannya, tetapi reformasi ini terhambat oleh kepemimpinan yang religius dan korps Yanisari.Karena iri dengan hak-hak militer dan menolak perubahan, Yanisari pun merintis pemberontakan.Semua upaya Selim membuat dirinya kehilangan takhta dan nyawanya.Akan tetapi, pemberontakan ini berhasil diredam dengan spektakuler dan kejam oleh penggantinya yang dinamis, Mahmud II.Iamenghapus korps Yanisari pada tahun 1826.
Revolusi Serbia (1804–1815) menjadi awal era kebangkitan nasional di kawasan Balkan pada masa Pertanyaan Timur. Suzeraintas Serbia sebagai monarki herediter dengan dinastinya sendiri diakui secara de jure pada tahun 1830.  Pada 1821, bangsa Yunanimenyatakan perang terhadap Sultan.Pemberontakan yang pecah di Moldavia sebagai bentuk pengalihan diikuti oleh revolusi utama di Peloponnesos.Peloponnesos dan bagian utara Teluk Korintus menjadi wilayah Kesultanan Utsmaniyah pertama yang merdeka, tepatnya pada tahun 1829.Pada pertengahan abad ke-19, Kesultanan Utsmaniyah dijuluki "orang sakit" oleh bangsa Eropa.Negara-negara suzerain (Kepangeranan Serbia, Wallachia, Moldavia, dan Montenegro) meraih kemerdekaan de jure pada 1860-an dan 1870-an.

Perang Krimea (1853–1856) adalah bagian dari persaingan panjang antara kekuatan-kekuatan besar Eropa yang memperebutkan pengaruh di teritori Kesultanan Utsmaniyah yang melemah.Beban perang dari segi finansial memaksa pemerintah Utsmaniyah mengajukan pinjaman luar negeri senilai 5 juta pound sterling pada 4 Agustus 1854.Perang ini mengakibatkan eksodus warga Tatar Krimea.Sekitar 200.000 di antaranya pindah ke Kesultanan Utsmaniyah dalam bentuk gelombang emigrasi.  Menjelang akhir Peperangan Kaukasus, 90% etnis Sirkasiadilenyapkan,  diusir dari tanah airnya di Kaukasus, dan terpaksa mengungsi ke Kesultanan Utsmaniyah.   Sekitar 500.000 sampai 700.000 orang Sirkasia berlindung di Turki.  Beberapa sumber memberi angka yang lebih tinggi, yaitu 1 juta-1,5 juta orang dideportasi dan/atau dibunuh.
Perang Rusia-Turki (1877–1878) berakhir dengan kemenangan mutlak bagi Rusia.Akibatnya, wilayah Utsmaniyah di Eropa menyusut dengan cepat.Bulgaria didirikan sebagai kepangeranan merdeka di dalam Kesultanan Utsmaniyah, Rumania mendapat kemerdekaan penuh.Serbia dan Montenegro mendapat kemerdekaan penuh dengan wilayah yang lebih kecil.Pada tahun 1878, Austria-Hongaria bersama-sama menduduki provinsi Bosnia-Herzegovina dan Novi Pazar.Walaupun pemerintah Utsmaniyah menentang tindakan ini, pasukannya dikalahkan dalam kurun tiga minggu.
Sebagai imbalan atas bantuan Perdana Menteri Britania RayaBenjamin Disraeli dalam pengembalian teritori Utsmaniyah di Semenanjung Balkan saat Kongres Berlin, Britania Raya mendapatkan hak pemerintahan di Siprus pada tahun 1878.Britania kemudian mengirimkan tentaranya ke Mesir pada tahun 1882 untuk membantu pemerintah Utsmaniyah meredam Pemberontakan Urabi.Britania pun memegang kendali penuh di Siprus dan Mesir.
Pada 1894–96, sekitar 100.000 sampai 300.000 etnis Armenia yang tinggal di seluruh kesultanan dibunuh dalam sebuah peristiwa yang disebut pembantaian Hamidian.
Seiring menyusutnya wilayah Kesultanan Utsmaniyah, banyak Muslim Balkan pindah ke teritori Utsmaniyah yang tersisa di Balkan atau ke jantung kesultanan di Anatolia.Per 1923, hanya Anatolia dan Thracia Timur yang dikuasai Muslim.

Kekalahan dan pembubaran (1908–1922)
Era Konstitusional Kedua dimulai pasca Revolusi Turk Muda (3 Juli 1908) melalui pengumuman sultan tentang penggunaan kembali konstitusi 1876 dan pembentukan kembali Parlemen Utsmaniyah.Pengumuman ini menjadi awal pembubaran Kesultanan Utsmaniyah.Era ini didominasi oleh politik Komite Persatuan dan Kemajuan serta gerakan yang kelak dikenal dengan sebutan Turk Muda.
Memanfaatkan perpecahan sipil, Austria-Hongaria secara resmi menganeksasi Bosnia dan Herzegovina tahun 1908, tetapi mereka menarik tentaranya dari Sanjak Novi Pazar, wilayah lain yang diperebutkan Austria dan Utsmaniyah, untuk menghindari perang. Pada Perang Italia-Turki (1911–12), Kesultanan Utsmaniyah kehilangan Libya dan Liga Balkan menyatakan perang terhadap Kesultanan Utsmaniyah. Utsmaniyah kalah dalam Peperangan Balkan (1912–13) dan kehilangan teritori Balkan-nya kecuali Thracia Timur dan ibu kota historis Adrianopel. Sekira 400.000 Muslim yang khawatir menghadapi kekerasan etnis Yunani, Serbia, atau Bulgaria, mengungsi mundur bersama pasukan Utsmaniyah. Menurut perkiraan Justin McCarthy, sejak 1821 sampai 1922, pembersihan etnis Muslim Utsmaniyah di Balkan mengakibatkan kematian dan pengusiran sekian juta orang dari kawasan itu.  Per 1914, Kesultanan Utsmaniyah sudah dipukul mundur dari hampir seluruh Eropa dan Afrika Utara.Meski begitu, kesultanan ini masih dihuni 28 juta orang. 15,5 juta di antaranya di Turki modern, 4,5 juta di Suriah, Lebanon, Palestina, dan Yordania, dan 2,5 juta di Irak. 5,5 juta sisanya berada di bawah pemerintahan bayangan Utsmaniyah di jazirah Arab.
Pada November 1914, Kesultanan Utsmaniyah ikut serta dalam Perang Dunia I di blokKekuatan Tengah. Kesultanan ini ambil bagian dalam teater Timur Tengah. Utsmaniyah sempat beberapa kali menang pada tahun-tahun pertama perang, misalnya di Pertempuran Gallipoli dan Pengepungan Kut, namun ada juga kekalahan seperti pada Kampanye Kaukasus melawan Rusia. Amerika Serikat tidak pernah mengeluarkan pernyataan perang terhadap Kesultanan Utsmaniyah.
Tahun 1915, saat Angkatan Darat Kaukasus Rusia terus merangsek ke Anatolia timur,  dibantu sejumlah milisi Armenia Utsmaniyah, pemerintah Utsmaniyah mulai mendeportasi dan membantai penduduk etnis Armenia. Aksi ini kemudian dikenal dengan namaGenosida ArmeniaAksi genosida juga dilakukan terhadap etnis minoritas Yunani dan Assyria.
Pemberontakan Arab yang dimulai tahun 1916 berbalik melawan Utsmaniyah di front Timur Tengah. Utsmaniyah sempat unggul di Timur Tengah selama dua tahun pertama perang.Gencatan Senjata Mudros yang ditandatangani pada 30 Oktober 1918 mengakhiri peperangan di teater Timur Tengah, diikuti pendudukan Konstantinopel dan pemecahan Kesultanan Utsmaniyah. Dengan Perjanjian Sèvres, pemecahan Kesultanan Utsmaniyah menjadi resmi. Pada kuartal terakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sekitar 7–9 juta pengungsi Muslim Turki dari wilayah Kaukasus, Krimea, Balkan, dan pulau-pulau Mediterania pindah ke Anatolia dan Thracia Timur.
Pendudukan Konstantinopel dan İzmir melahirkan gerakan nasional Turki yang memenangkan Perang Kemerdekaan Turki (1919–22) di bawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha (atau Mustafa Kemal Atatürk). Kesultanan dibubarkan tanggal 1 November 1922, dan sultan terakhirnya, Mehmed VI (berkuasa 1918–22), meninggalkan negara ini pada 17 November 1922.Majelis Agung Nasional Turki mendeklarasikan Republik Turki pada tanggal 29 Oktober 1923.Kekhalifahan dibubarkan tanggal 3 Maret 1924.
Sepanjang sejarah Utsmaniyah, ada banyak kejadian ketika gubernur lokal mengambil tindakan secara independen sekalipun bertentangan dengan penguasa.Pasca Revolusi Turk Muda tahun 1908, negara Utsmaniyah menjadi monarki konstitusional.Sultan tidak lagi memegang kekuasaan eksekutif.Parlemen dibentuk yang perwakilannya dipilih dari provinsi-provinsi negara.Para wakil kemudian membentuk Pemerintahan Imperium Kesultanan Utsmaniyah.
Militer
Satuan militer pertama Kesultanan Utsmaniyah adalah angkatan darat yang dibentuk oleh Osman I dari anggota suku di perbukitan Anatolia barat pada akhir abad ke-13.Sistem militer pun berubah menjadi organisasi yang rumit seiring kemajuan kesultanan.Militer Utsmaniyah merupakan sistem perekrutan dan pertahanan yang kompleks. Korps utama Angkatan Darat Utsmaniyah meliputi Yanisari, Sipahi, Akıncı, dan Mehterân. Angkatan Darat Utsmaniyah pernah menjadi salah satu pasukan tempur termaju di dunia karena termasuk di antara pengguna pertama senapan lontak dan meriam.Pasukan Turk Utsmaniyah mulai memanfaatkan falconet, meriam pendek namun lebar, saat Pengepungan Konstantinopel.Kavaleri Utsmaniyah bergantung pada kecepatan dan mobilitas tinggi alih-alih persenjataan berat. Mereka menggunakan busur dan panah pendek dengan kuda cepat Turkoman dan Arab (pencetus kuda balap Thoroughbred),  dan sering menerapkan taktik yang mirip dengan taktik Kekaisaran Mongol, seperti berpura-pura mundur sambil mengurung musuh dengan formasi bulan sabit lalu melancarkan serangan. Kemunduran kinerja angkatan darat semakin jelas sejak pertengahan abad ke-17 dan setelah Perang Turki Besar.Pada abad ke-18, sempat muncul sedikit keberhasilan melawan Venesia, tetapi pasukan Rusia bergaya Eropa di utara memaksa Kesultanan Utsmaniyah menyerahkan teritorinya.
Modernisasi Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke-19 dimulai oleh militer.Pada tahun 1826, Sultan Mahmud II menghapus korps Yanisari dan membentuk angkatan darat modern Utsmaniyah. Pasukannya diberi namaNizam-ı Cedid (Orde Baru). Angkatan Darat Utsmaniyah juga merupakan lembaga pertama yang mempekerjakan tenaga ahli luar negeri dan mengirimkan para perwiranya ke pusat pelatihan di negara-negara Eropa Barat.Karena itu pula, gerakan Turk Muda dirintis ketika para prajurit muda dan terlatih ini pulang ke negaranya.
Angkatan Laut Utsmaniyah turut ambil bagian dalam perluasan wilayah kesultanan di benua Eropa.Ekspansi ini berawal dari penaklukan Afrika Utara yang memasukkan Aljazair dan Mesir ke Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1517.Sejak kehilangan Aljazair (1830 dan Yunani (1821), kekuatan laut dan kendali Utsmaniyah atas jajahan-jajahannya di seberang laut mulai melemah.Sultan Abdülaziz (berkuasa 1861–1876) berusaha membangun angkatan laut yang kuat dengan membuat armada terbesar ketiga di dunia setelah Britania Raya dan Perancis.Galangan kapal di Barrow, Inggris, membangun kapal selam pertamanya untuk Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1886.
Meski begitu, ekonomi Utsmaniyah yang melemah tidak dapat mempertahankan armada laut dalam jangka panjang.Sultan Abdülhamid II tidak mempercayai para laksamana yang memihak dengan reformis Midhat Pasha.Sultan mengklaim bahwa armada yang besar dan mahal tidak berguna untuk melawan Rusia saat Perang Rusia-Turki.Ia mengunci sebagian besar armadanya di dalam Tanjung Emas dan membiarkan kapalnya berkarat selama 30 tahun berikutnya. Setelah Revolusi Turk Muda tahun 1908, Komite Persatuan dan Kemajuan berupaya mengembangkan pasukan laut yang kuat.Yayasan Angkatan Laut Utsmaniyah didirikan pada tahun 1910 untuk membeli kapal-kapal baru melalui sumbangan masyarakat.
Sejarah penerbangan militer Utsmaniyah dapat dilacak hingga tahun 1909 antara Juni 1909 dan Juli 1911.  Kesultanan Utsmaniyah mulai mempersiapkan para pilot dan pesawat pertamanya. Melalui pendirian Sekolah Penerbangan (Tayyare Mektebi) di Yeşilköy tanggal 3 Juli 1912, pemerintah mulai mengajar penerbangnya sendiri. Pendirian Sekolah Penerbangan mempercepat kemajuan program penerbangan militer, menambah jumlah perwira terdaftar, dan memberi pilot-pilot baru peran aktif di Angkatan Darat dan Angkatan Laut Utsmaniyah. Bulan Mei 1913, Program Latihan Pengintaian khusus pertama di dunia dirintis oleh Sekolah Penerbangan dan divisi pengintaian terpisah pertama dibentuk.Bulan Juni 1914, akademi militer yang baru, yaitu Sekolah Penerbangan Angkatan Laut (Bahriye Tayyare Mektebi), didirikan.Dengan pecahnya Perang Dunia I, proses modernisasi berhenti mendadak.Skadron penerbangan Utsmaniyah bertempur di berbagai front selama Perang Dunia I, mulai dari Galisia di barat hingga Kaukasus di timur dan Yaman di selatan.

Fakta sejarah dari zaman kuno sampai sekarang Turki yang merupakan represantasi dari Kekaisaran Ottoman mayoritas muslim dan Rusia yang merupakan representasi dari Romawi Timur (Bizantium) Kristen Timur Orthodoks tidak akan pernah bersekutu dan bersatu, karena satu alasan yaitu keberadaan Hage Sofya (Aya Sofya).  Dan sampai sekarangpun Rusia masih berharap dan suatu saat akan merebut kembali Hage Sofya.  Inilah salah satu alasan Turki bergabung dengan NATO karena rasa ketakutan suatu saat Rusia akan kembali menyerang Turki dan sekarang mereka dalam situasi dan kondisi yang damai, namun suatu saat di akhir zaman nanti , ketika pecahnya peperangan besar/Malhamah/Armagedon, mereka akan kembali saling menyerang, Kristen Timur Orthodoks Rusia akan bergabung dengan pasukan muslim menaklukan Konstantinopel dan Yerusalem.

Dan sebuah kejadian aneh dari sejarah Turki Ustmaniyah yang terjadi sekitar 100 tahun yang lalu ketika Mustafa Kemal/Kemal Attaturk dan pengikutnya yang disebut “Pemuda Turki” yang merupakan didikan Judeo Kristen Barat (Yahudi Eropa Barat) ketika Sultan Abdul Hamid II mengirimkan para perwiranya ke pusat pelatihan di negara-negara Eropa Barat. Karena itu pula, gerakan” Turk Muda dirintis ketika para prajurit muda dan terlatih ini pulang ke negaranya. Pada tahun 1908 dimulailah Revolusi Turk Muda dan berhasil merebut Kota Konstantinopel dari kekuasaan Kerajaan Ottomanyang  masih berkuasa pada saat itu yaitu  pada tahun 1917 ketika Kekaisaran Ottoman mengalami kekalahan dalam PD I.  Dia berhasil pula mengusir Sultan (Khalifah) ke Swiss dan sejak saat itu Kemal Attaturk yang berkuasa.  Pemerintahan baru yang telah menguasai seluruh kota dan wilayah Turki ini kemudian memproklamirkan berdirinya  Negara Republik Turki yang sekuler.  Tapi tidak hanya itu yang mereka lakukan, secara misterius dia memindahkan ibu kota Turki dari Konstantinopel ke Ankara yang dulu disebut Angora dan merubah nama Konstantinopel menjadi Istanbul serta melarang digunakannya kembali nama Konstantinopel.  Pelarangan ini dicantumkan dalam hukum negaranya dan tentu siapapun yang melanggarnya akan dikenakan sanksi hukum negaranya.
Mengapa dia melakukan hal itu?
Sebagai seorang muslim, maka kita harus mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin, Nabi dan Rasul kita.  Dan apabila Nabi dan Rasul kita telah menyebut nama kota tersebut Konstantinopel maka kita sebagai umatnya tidak berhak merubah atau mengganti nama kota tersebut, karena itu sama saja dengan tidak mengormati Rasulullah SAW.  Dan jika penguasa Turki melarang kita menggunakan kata tersebut, maka dia telah berlaku zalim.  Mengapa dia merubah nama kota tersebut? Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Latuftahannal Konstantiniyyah”, yang artinya Kalian akan menaklukan Konstantinopel.  Penaklukan Konstantinopel seperti yang dikatakan Rasulullah SAW dalam hadist tersebut belumlah terjadi.  Dia merubah nama kota tersebut karena ini merupakan strategi mereka yang merebut Konstantinopel dari Kerajaan Ottoman dan berusaha menutupi apa yang akan terjadi dan mereka menebar “debu” di mata kita, agar kita lupa dengan apa yang dikatakan Rasulullah SAW dan mereka menciptakan opini yang sesat bagi generasi yang akan dating di mana pelajar muslim sekarang mengatakan bahwa penaklukan Konstantinopel oleh Ottoman pada tahun 1453 telah memenuhi apa yang dinubuatkan oleh Rasulullah SAW.  Penetapan penggantian nama Kota Konstantinopel menjadi Istanbul secara undang-undang ini, mereka lakukan untuk menghapus jejak sejarah yang telah ditetapkan dalam hadist, untuk mengaburkan pandangan kita generasi umat muslim  terhadap hal ini.
Penaklukan Konstantinopel akan terjadi dan orang-orang non-muslim pun nanti akan mengetahuinya bahwa Nabi Muhammad SAW telah menubuatkan penaklukan Konstantinopel pada waktu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.  Dan ketika adanya kejadian-kejadian yang mengarah kepada penaklukan tersebut, maka Nabi Muhammad SAW akan kembali menjadi pusat perhatian dunia karena dalam sebuah hadistnya Rasulullah SAW mengatakan bahwa “umat muslim kelak akan menaklukan Konstantinopel di akhir zaman.” Inilah yang akan menyebabkan NATO, Washington, London, Yerusalem dan “Pemerintahan Islam Sekuler Turki” akan kesulitan menelan pil pahit ini.  Meskipun selama ini mereka telah berupaya keras untuk memerangi Islam, mengutuk Islam dan mengejek Nabi Muhammad SAW., kelak segala upaya mereka akan sia-sia, pada saatnya nanti Nabi Muhammad SAW kembali menjadi pusat perhatian dunia dan akan terbongkarlah segala keburukan dari pemerintahan Turki sekarang ini.
Ada beberapa ayat Al Quran yang penjelasannya langsung dan sangat jelas, ayat-ayat ini dinamakan “muhkamat”.  Allah SWT juga menurukan ayat-ayat yang penjelasannya  tidak langsung dan tidak jelas, perlu sebuah penafsiran bukan penakwilan karena Allah SWT melarang mentakwilkan ayat-ayat ini karena dapat membuat kesesatan atau perpecahan umat muslim dan kebenaran yang hakiki dari ayat-ayat ini hanya milik Allah SWT.  Ayat-ayat ini disebut dengan “mutashabihat” , demikian pula halnya dengan Al-Hadist, ada yang “muhkamat”  dan ada pula yang “mutashabihat”.  Dalam hadist  Qudsi Shahih Muslim,  Rasulullah saw. membaca firman Allah yang berbunyi: Dialah yang menurunkan Alkitab (Alquran) kepada kamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Alquran dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal. Setelah membaca firman tersebut Rasulullah saw. bersabda: Apabila kamu melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat dari Alquran, maka mereka itulah orang-orang yang telah disebut oleh Allah. Maka waspadalah terhadap mereka. (Shahih Muslim ).  Hadist yang muhkamat  yaitu penjelasan tentang sebuah kota yang akan ditaklukan oleh umat muslim, bahkan nama kota tersebut diberitahu yaitu Kota Konstantinopel.  Sedangkan hadist yang mutashabihat seperti seorang khalifah akan meninggal dunia, di mana akan mengakibatkan perseteruan dan perselisihan tentang siapa penerus atau penggantinya.  Hampir semua umat muslim sudah mengetahui siapa khalifah yang akan meninggal dunia dan mengakibatkan perseteruan dan perselisihan tentang siapa pewarisnya.  Pada saat perseteruan itu semakin menegangkan, akan ada seseorang yang akan datang dari Madinah ke Mekah untuk meredam perseteruan tersebut, dan di Mekah dia akan memproklamirkan dirinya sebagai Imam Mahdi as.  Khalifah manakah yang dimaksud? (disinilah terjadi berbagai penafsiran…).  Karena penggunaan kata “seorang khalifah akan meninggal dunia,” maka bias ditafsirkan bahwa kekhilafahan akan kembali ke dunia Islam sebelum Imam Mahdi as muncul.  Dan kemungkinan berdasarkan pengertian inilah Hizbut Tahrir didirikan yang berkeyakinan dapat mengembalikan khilafah sebelum Imam  Mahdi as muncul. Akan tetapi tidaklah begitu, karena kata khalifah di sini dimaksudkan kepada seorqang yang mempunyai kekuasaan yaitu Raja Arab Saudi.  Ketika Raja Arab Saudi meninggal dunia, dan akan terjadi perseteruan/perselisihan diantara pangeran (perseteruan saat ini telah dimulai).  Demikianlah Al-Hadist, yang kadang sangat jelas maknanya dan kadang ada pula yang memerlukan sebuah penafsiran dan ketika membuat sebuah penafsiran, sebaiknya kita mengatakan, ”hanya Allah SWT lah yang maha mengetahui.”
Di dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW merujuk sebuah kota yang akan ditaklukan oleh umat muslim  di akhir zaman nanti dengan menyebutkan nama kota tersebut adalah Konstantinopel.  Apakah penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 telah sesuai dengan apa yang dinubuatkan Nabi Muhammad SAW ?  Hampir seluruh dunia telah mengakui apa yang dinubuatkan Nabi Muhammad SAW telah terjadi.  Dalam hadist HR. Sunan Abu Dawud di mana hadist tersebut mengatakan bahwa penaklukan Konstantinopel akan terjadi setelah terjadinya beberapa kejadian besar, dan salah satunya adalah terjadinya “Malhamah atau perang besar (Armagedon)”.  Perang ini jauh lebih dahsyat dari PD I dan PD II karena melibatkan ribuan nuklir.Apakah Malhamah sudah terjadi? Belum…….  Jadi penaklukan Konstantinopel sekitar 600 tahun yang lalu belum memenuhi apa yang dinubuatkan Nabi Muhammad SAW.  Lalu hadist itu juga menjelaskan bahwa setelah penaklukan Konstantinopel maka Dajjal akan muncul dalam bentuk manusia.  Namun kenyataannya, setelah penaklukan 600 tahun yang lalu, sampai sekarang Dajjal belum muncul dalam bentuk manusia.  Karena itulah kewajiban kita meluruskan ini, sudah sekian lama dipercayai orang terutama oleh orang-orang Turki, seluruh TV, Radio dan Koran di Turki telah berupaya keras untuk mencuci otak orang-orang Turki agar mempercayai bahwa Sultan Muhammad Al-Fatih adalah orang yang dimaksud dalam nubuat Nabi Muhammad SAW.
Ini akan menimbulkan pertanyaan, bagaimana mungkin kaum muslim akan menaklukan kota yang sudah ditaklukan?  Apabila kaum muslim menaklukan kota ini di masa yang akan datang, maka berarti kota ini akan di huni dan dipimpin oleh kaum muslim pula, maka menjawab pertanyaan di atas, kita pun harus bertanya, siapakah yang memimpin dan memiliki kekuasaan tertinggi atas Konstantinopel saat ini? Siapakah yang menguasai militernya? Apakah orang-orang muslim?  Hanya dengan ilmu akhir zaman (Eskatologi Islam) yang dapat menjawab ini.  Dan dengan ilmu akhir zaman (Eskatologi Islam), kita juga dapat mengungkap kebohongan perjuangan “jihad palsu” yang disponsori oleh Zionis yang terjadi di Libya dan Suriah saat ini.  Dan juga akan mengungkap sebuah kemungkinan bagi dunia untuk mengetahui bahwa umat Kristiani (Orthodoks) Rusia, bukan orang Rusia yang atheis komunis, akan memainkan peranan penting pula kelak di akhir zaman, khususnya implikasi dari sisi militer pada saat penaklukan Konstantinopel yang akan terjadi kelak.