Sebelum
melanjutkan pembahasan tentang “Penaklukan Konstantinopel di Akhir Zaman”,
terlebih dahulu kita memahami Sejarah Kesultanan Ustmaniyyah yaitu khilafah
terakhir di muka bumi ini.
A. SEJARAH KESULTANAN USTMANIYAH (TURKI
USTMANIYAH)
Sumber: Wikipedia
Kesultanan
Turki
atau Turki saja, adalah imperium lintas benua yang didirikan oleh suku-suku Turki di bawah pimpinan Osman Bey di barat laut Anatolia pada tahun 1299.
Seiring penaklukan Konstantinopel oleh Mehmet II tahun 1453, negara Utsmaniyah berubah menjadi kesultanan. Sepanjang abad ke-16 dan 17, tepatnya
pada puncak kekuasaannya di bawah pemerintahan Suleiman Agung, Kesultanan Utsmaniyah adalah salah
satu negara terkuat di dunia, imperium multinasional dan multibahasa yang
mengendalikan sebagian besar Eropa Tenggara, Asia Barat/Kaukasus, Afrika Utara,
dan Tanduk Afrika.
Dengan
Konstantinopel sebagai ibu kotanya dan
kekuasaannya atas wilayah yang luas di sekitar cekungan Mediterania, Kesultanan Utsmaniyah menjadi
pusat interaksi antara dunia Timur dan Barat selama lebih dari enam
abad.Kesultanan ini bubar pasca Perang Dunia I.Pembubarannya berujung pada
kemunculan rezim politik baru di Turki, serta pembentukan Balkan dan Timur Tengah yang baru.
Kebangkitan (1299–1453)
Pasca
pembubaran Kesultanan Rum yang dipimpin dinasti Seljuq Turki, pendahulu Utsmaniyah, pada tahun 1300-an, Anatolia terpecah menjadi beberapa negara merdeka (kebanyakan Turki)
yang disebut emirat Ghazi. Salah satu emirat Ghazi dipimpin
oleh Osman I (1258 – 1326) dan namanya menjadi
asal usul nama Utsmaniyah. Osman I memperluas batas permukiman Turki sampai
pinggiran Kekaisaran Bizantium.Tidak jelas bagaimana Osmanli
berhasil menguasai wilayah tetangganya karena belum banyak diketahui soal
sejarah Anatolia abad pertengahan.
Pada
abad setelah kematian Osman I, kekuasaan Utsmaniyah mulai meluas sampai Mediterania Timur dan Balkan. Putra Osman, Orhan, menaklukkan kotaBursa pada tahun 1324 dan menjadikannya ibu kota negara
Utsmaniyah. Kejatuhan Bursa menandakan berakhirnya kendali Bizantium atas
Anatolia Barat Laut.Kota Thessaloniki direbut dari Republik Venesia pada tahun 1387.Kemenangan
Utsmaniyah di Kosovo tahun 1389 secara efektif mengawali kejatuhan pemerintahan Serbia di wilayah itu dan membuka jalan
untuk perluasan wilayah Utsmaniyah di Eropa.Pertempuran Nicopolis tahun 1396 yang dianggap luas
sebagai perang salib besar terakhir pada Abad Pertengahan gagal menghambat laju bangsa Turki
Utsmaniyah.
Seiring
meluasnya kekuasaan Turki di Balkan, penaklukan strategis Konstantinopel menjadi tugas penting. Kesultanan
ini mengendalikan nyaris seluruh bekas tanah Bizantium di sekitar kota, namun warga Yunani Bizantium sempat luput ketika penguasa
Turk-Mongolia, Tamerlane, menyerbu Anatolia dalam Pertempuran Ankara tahun 1402. Ia menangkap Sultan Bayezid I. Penangkapan Bayezid I menciptakan kekacauan di kalangan
penduduk Turki.Negara pun mengalami perang saudara yang berlangsung sejak 1402
sampai 1413 karena para putra Bayezid memperebutkan takhta.Perang berakhir
ketika Mehmet I naik sebagai sultan dan
mengembalikan kekuasaan Utsmaniyah.Kenaikannya juga mengakhiri Interregnum yang disebut Fetret Devri dalam bahasa Turki Utsmaniyah.
Sebagian
teritori Utsmaniyah di Balkan (seperti Thessaloniki, Makedonia, dan Kosovo)
sempat terlepas setelah 1402, tetapi berhasil direbut kembali oleh Murad II antara 1430-an dan 1450-an. Pada tanggal 10 November 1444,
Murad II mengalahkan pasukan Hongaria, Polandia, dan Wallachia yang dipimpin Władysław III dari Polandia (sekaligus Raja Hongaria) dan János Hunyadi di Pertempuran Varna, pertempuran terakhir dalam Perang Salib Varna..
Empat tahun kemudian, János Hunyadi mempersiapkan pasukannya (terdiri
dari pasukan Hongaria dan Wallachia) untuk menyerang Turki, namun dikalahkan
oleh Murad II dalam Pertempuran Kosovo Kedua tahun 1448.
Perkembangan (1453–1683)
Putra
Murad II, Mehmed
II,
menata ulang negara dan militernya, lalu menaklukkan Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453. Mehmed
mengizinkan Gereja Ortodoks
mempertahankan otonomi dan tanahnya dengan imbalan mengakui pemerintahan
Utsmaniyah.Karena hubungan yang buruk antara negara-negara Eropa Barat dan
Kekaisaran Romawi Timur, banyak penduduk Ortodoks yang mengakui kekuasaan
Utsmaniyah alih-alih Venesia.
Pada
abad ke-15 dan 16, Kesultanan Utsmaniyah memasuki periode ekspansi.Kesultanan ini berhasil makmur di
bawah kepemimpinan sejumlah Sultan yang tegas dan efektif.Ekonominya
juga maju karena pemerintah mengendalikan rute-rute perdagangan darat utama
antara Eropa dan Asia.
Sultan
Selim I (1512–1520) memperluas batas timur dan selatan Kesultanan
Utsmaniyah secara dramatis dengan mengalahkan Shah Ismail dari PersiaSafavid dalam Pertempuran Chaldiran.
Selim I mendirikan pemerintahan Utsmaniyah di Mesir dan mengerahkan angkatan lautnya ke
Laut Merah.Setelah ekspansi tersebut, persaingan pun pecah antara Kekaisaran Portugal dan Kesultanan Utsmaniyah yang
sama-sama berusaha menjadi kekuatan besar di kawasan itu.
Suleiman Agung (1520–1566) mencaplok Belgrade tahun 1521, menguasai wilayah selatan dan tengah Kerajaan Hongaria sebagai bagian dari Peperangan Utsmaniyah–Hongaria. Setelah memenangkan Pertempuran Mohács tahun 1526, ia mendirikan
pemerintahan Turki di wilayah yang sekarang disebut Hongaria (kecuali bagian
baratnya) dan teritori Eropa Tengah lainnya. Ia kemudian mengepung Wina tahun 1529, tetapi gagal. Tahun 1532, ia melancarkan serangan lain ke Wina, namun dikalahkan pada Pengepungan Güns.
Transylvania, Wallachia, dan Moldavia (sementara) menjadi kepangeranan bawahan Kesultanan
Utsmaniyah. Di sebelah timur, bangsa Turk Utsmaniyah merebut Baghdad dari Persia pada tahun 1535, menguasai Mesopotamia, dan mendapatkan akses laut ke Teluk Persia.
Perancis dan Kesultanan Utsmaniyah bersatu karena sama-sama
menentang pemerintahan Habsburg dan menjadi sekutu yang kuat. Penaklukan Nice (1543) dan Corsica (1553) oleh Perancis adalah hasil kerja
sama antara pasukan raja Francis I dari Perancis dan Suleiman. Pasukan tersebut
dipimpin oleh laksamana Utsmaniyah Barbarossa
Hayreddin Pasha dan Turgut Reis.Satu bulan sebelum pengepungan
Nice, Perancis membantu Utsmaniyah dengan mengirimkan satu unit artileri pada penaklukan
Esztergom
tahun 1543.Setelah bangsa Turk membuat serangkaian kemajuan tahun 1543,
penguasa Habsburg Ferdinand I secara resmi mengakui pemerintahan
Utsmaniyah di Hongaria pada tahun 1547.
Pada
tahun 1559, setelah perang Ajuuraan-Portugal pertama, Kesultanan Utsmaniyah menganeksasi
Kesultanan Adal yang lemah ke dalam
wilayahnya.Ekspansi ini mengawali pemerintahan Utsmaniyah di Somalia dan Tanduk Afrika.Aneksasi tersebut juga meningkatkan
pengaruh Utsmaniyah di Samudra Hindia untuk bersaing dengan Portugal.
Pada
akhir masa kekuasaan Suleiman, jumlah penduduk Kesultanan Utsmaniyah mencapai
15.000.000 orang dan tersebar di tiga benua.[30] Selain itu, kesultanan ini menjadi kekuatan laut besar yang
mengendalikan sebagian besar Laut Mediterania.
Saat itu, Kesultanan Utsmaniyah adalah bagian utama dari lingkup politik
Eropa.Kesuksesan politik dan militernya sering disamakan dengan Kekaisaran
Romawi, salah satunya oleh cendekiawan Italia Francesco Sansovino dan filsuf politik Perancis Jean Bodin.
Pemberontakan dan pemulihan (1566–1683)
Struktur
militer dan birokrasi yang efektif pada abad sebelumnya terancam gagal ketika
sultan-sultan selanjutnya tidak tegas memimpin.Kesultanan Utsmaniyah perlahan
dikalahkan bangsa Eropa dari segi teknologi militer karena inovasi yang
mendorong perluasan kesultanan ini dihambat oleh paham konservatisme agama dan
intelektual yang terus berkembang.Meski mengalami kesulitan, kesultanan ini
tetap menjadi kekuatan ekspansionis besar sampai Pertempuran Wina tahun 1683 yang menandakan akhir ekspansi Utsmaniyah ke Eropa.
Penemuan
rute dagang laut baru oleh negara-negara Eropa Barat memungkinkan mereka
menghindari monopoli dagang Utsmaniyah.Penemuan Tanjung Harapan Baik oleh Portugal tahun 1488 merintis serangkaian perang laut
Utsmaniyah-Portugal di Samudra Hindia sepanjang abad ke-16. Dari segi ekonomi, pemasukanperak Spanyol dari Dunia Baru mengakibatkan mata uang Utsmaniyah mengalami devaluasi
tajam dan inflasi tinggi.
Di
bawah kepemimpinan Ivan IV (1533–1584), Kekaisaran Rusia meluas sampai kawasan Volga dan
Kaspia dengan menaklukkan beberapa kekhanan Tatar.Pada tahun 1571, khan Krimea Devlet I Giray yang didukung Utsmaniyah membakar Moskwa.Tahun berikutnya, invasi diulang
namun digagalkan pada Pertempuran Molodi.Kekhanan Krimea terus menyerbu Eropa Timur melalui
serangkaian serangan budakdan menjadi kekuatan besar di Eropa
Timur sampai akhir abad ke-17.
Di
Eropa Selatan, koalisi Katolik yang dipimpin Philip II dari Spanyol mengalahkan armada Utsmaniyah di Pertempuran Lepanto.Ini merupakan pukulan telak dan
simbolis terhadap citra kehebatan Utsmaniyah.Memudarnya citra ini diawali oleh
kemenangan Ksatria Malta atas pasukan Utsmaniyah dalam Pengepungan Malta tahun
1565.Pertempuran Lepanto membuat Angkatan Laut Utsmaniyah kehilangan banyak
tenaga ahlinya, sedangkan kapal-kapalnya masih bisa diperbaiki.Angkatan Laut
Utsmaniyah pulih dengan cepat dan memaksa Venesia menandatangani perjanjian
damai tahun 1573 yang mengizinkan Kesultanan Utsmaniyah memperluas dan
memperkuat posisinya di Afrika Utara.
Sebaliknya,
wilayah Habsburg tidak berubah setelah pertahanan
Habsburg diperkuat.Perang Panjang melawan Austria Habsburg (1593–1606) membuat pemerintah melengkapi infanterinya
dengan senjata api dan melonggarkan kebijakan perekrutan. Keputusan ini
menciptakan masalah ketidakpatuhan dan pemberontakan di dalam tubuh militer
yang tidak pernah terselesaikan.Penembak jitu ireguler (Sekban) juga direkrut. Demobilisasi pun
berubah menjadi brigandase (perampokan) dalam pemberontakan Jelali (1595–1610) yang memperluas aksi
anarkis di Anatolia pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17. Ketika populasi
kesultanan mencapai 30.000.000 jiwa pada tahun 1600, kelangkaan tanah membuat
pemerintah ditekan habis-habisan.
Pada
masa kekuasaannya yang singkat, Murad IV (1612–1640) membentuk kembali pemerintahan pusat dan
merebut Yerevan (1635) dan Baghdad (1639) dari Safavid.Kesultanan wanita (1648–1656) adalah periode ketika
ibu para sultan muda berkuasa atas nama putranya. Tokoh wanita yang paling
berpengaruh waktu itu adalah Kösem Sultan dan menantunya Turhan Hatice.Persaingan politik mereka berujung
pada pembunuhan Kösem pada 1651. Selama Era Köprülü (1656–1703), pemerintahan efektif
dijalankan oleh sejumlah Wazir Agung dari keluarga Köprülü. Kewaziran
Köprülü mengalami kesuksesan militer dengan didirikannya pemerintahan di Transylvania, penaklukan Kreta tahun 1669, dan ekspansi ke Ukraina selatan Polandia.Pertahanan terakhir Khotyn dan Kamianets-Podilskyi dan teritori Podolia bergabung dengan Kesultanan Utsmaniyah tahun 1676.
Periode
ketegasan baru ini berakhir pada Mei 1683 saat Wazir Agung Kara Mustafa Pasha memimpin pasukan besar untuk
mengepung Wina kedua kalinya dalam Perang Turki Besar 1683–1687. Serangan terakhir mereka
tertunda karena pasukan Utsmaniyah didesak mundur oleh pasukan sekutu Habsburg,
Jerman, dan Polandia yang dipimpin Raja Polandia Jan III Sobieski pada Pertempuran Wina.Aliansi Liga Suci terus melaju pasca kekalahan di
Wina dan memuncak pada Perjanjian Karlowitz (26 Januari 1699) yang mengakhiri
Perang Turki Besar.Kesultanan Utsmaniyah menyerahkan sejumlah wilayah
pentingnya, kebanyakan diserahkan secara permanen.Mustafa II (1695–1703) memimpin serangan balasan terhadap Wangsa
Habsburg di Hongaria pada 1695–96, namun kalah besar di Zenta (11 September 1697).
Kemandekan dan reformasi (1683–1827)
Pada
periode ini, ekspansi Rusia membawa ancaman besar yang terus
berkembang. Karena itu, Raja Charles XII dari Swedia diterima sebagai sekutu Kesultanan
Utsmaniyah setelah pasukannya dikalahkan Rusia pada Pertempuran Poltava tahun 1709 (bagian dari Perang Utara Besar 1700–1721.) Charles XII mendesak Sultan Utsmaniyah Ahmed III untuk menyatakan perang terhadap Rusia.Utsmaniyah berhasil
memenangkan Kampanye Sungai Pruth yang berlangsung pada
1710–1711. Pasca Perang Austria-Turki 1716–1718, Perjanjian Passarowitz mencantumkan penyerahan wilayah Banat, Serbia, dan "Walachia Kecil" (Oltenia) ke Austria. Perjanjian ini juga
menyebutkan bahwa Kesultanan Utsmaniyah mengambil sikap defensif dan tidak
mungkin melakukan agresi lagi di Eropa.
Perang Austria-Rusia–Turki yang diakhiri oleh Perjanjian Belgrade 1739 berujung pada kembalinya
Serbia dan Oltenia, namun pelabuhan Azov berhasil direbut Rusia.Setelah
perjanjian ini, Kesultanan Utsmaniyah menikmati masa perdamaian karena Austria
dan Rusia terpaksa menghadapi kebangkitan Prusia.
Pada
1768, para Haidamak, pemberontak konfederasi Polandia
yang dibantu Rusia, memasuki Balta, kota Utsmaniyah di perbatasan
Bessarabia, dan membantai warganya dan membumihanguskan kota tersebut. Tindakan
ini memaksa Kesultanan Utsmaniyah memulai Perang Rusia-Turki 1768–1774.Perjanjian Küçük Kaynarca tahun 1774 mengakhiri perang ini
dan memberikan kebebasan beribadah bagi warga Kristen di provinsi Wallachia dan
Moldavia.Pada akhir abad ke-18, serangkaian kekalahan perang melawan Rusia
membuat beberapa kalangan di Kesultanan Utsmaniyah yakin bahwa reformasi yang
dijalankan Peter Agung memberi keunggulan bagi Rusia, dan
Utsmaniyah harus menggunakan teknologi Barat untuk menghindari kekalahan lebih
lanjut.
Selim III (1789–1807) melakukan upaya besar pertama dalam memodernisasi pasukannya, tetapi reformasi ini terhambat
oleh kepemimpinan yang religius dan korps Yanisari.Karena iri dengan hak-hak militer dan menolak perubahan,
Yanisari pun merintis pemberontakan.Semua upaya Selim membuat dirinya
kehilangan takhta dan nyawanya.Akan tetapi, pemberontakan ini berhasil diredam
dengan spektakuler dan kejam oleh penggantinya yang dinamis, Mahmud II.Iamenghapus korps
Yanisari
pada tahun 1826.
Revolusi Serbia (1804–1815) menjadi awal era kebangkitan nasional di kawasan Balkan pada masa Pertanyaan Timur. Suzeraintas Serbia sebagai monarki herediter
dengan dinastinya sendiri diakui secara de jure pada
tahun 1830. Pada 1821, bangsa Yunanimenyatakan perang terhadap Sultan.Pemberontakan yang
pecah di Moldavia sebagai bentuk pengalihan diikuti oleh revolusi utama di Peloponnesos.Peloponnesos dan bagian utara Teluk Korintus menjadi wilayah Kesultanan
Utsmaniyah pertama yang merdeka, tepatnya pada tahun 1829.Pada pertengahan abad
ke-19, Kesultanan Utsmaniyah dijuluki "orang
sakit"
oleh bangsa Eropa.Negara-negara
suzerain
(Kepangeranan Serbia, Wallachia, Moldavia, dan Montenegro) meraih kemerdekaan de jure pada
1860-an dan 1870-an.
Perang Krimea (1853–1856) adalah bagian dari
persaingan panjang antara kekuatan-kekuatan besar Eropa yang memperebutkan
pengaruh di teritori Kesultanan Utsmaniyah yang melemah.Beban perang dari segi finansial
memaksa pemerintah Utsmaniyah mengajukan pinjaman luar negeri senilai 5 juta pound sterling pada
4 Agustus 1854.Perang ini mengakibatkan eksodus warga Tatar Krimea.Sekitar 200.000 di antaranya pindah
ke Kesultanan Utsmaniyah dalam bentuk gelombang emigrasi. Menjelang akhir Peperangan Kaukasus, 90% etnis Sirkasiadilenyapkan,
diusir dari tanah airnya di Kaukasus, dan terpaksa mengungsi ke Kesultanan Utsmaniyah. Sekitar 500.000 sampai 700.000 orang
Sirkasia berlindung di Turki. Beberapa
sumber memberi angka yang lebih tinggi, yaitu 1 juta-1,5 juta orang dideportasi
dan/atau dibunuh.
Perang Rusia-Turki
(1877–1878)
berakhir dengan kemenangan mutlak bagi Rusia.Akibatnya, wilayah Utsmaniyah di
Eropa menyusut dengan cepat.Bulgaria didirikan sebagai kepangeranan
merdeka di dalam Kesultanan Utsmaniyah, Rumania mendapat kemerdekaan penuh.Serbia dan Montenegro mendapat kemerdekaan penuh dengan wilayah yang lebih kecil.Pada
tahun 1878, Austria-Hongaria bersama-sama menduduki provinsi Bosnia-Herzegovina dan Novi Pazar.Walaupun pemerintah Utsmaniyah
menentang tindakan ini, pasukannya dikalahkan dalam kurun tiga minggu.
Sebagai
imbalan atas bantuan Perdana Menteri
Britania RayaBenjamin Disraeli dalam pengembalian teritori
Utsmaniyah di Semenanjung Balkan saat Kongres Berlin, Britania Raya mendapatkan
hak pemerintahan di Siprus pada tahun 1878.Britania kemudian mengirimkan tentaranya ke
Mesir pada tahun 1882 untuk membantu pemerintah Utsmaniyah
meredam Pemberontakan Urabi.Britania pun memegang kendali penuh
di Siprus dan Mesir.
Pada
1894–96, sekitar 100.000 sampai 300.000 etnis Armenia yang tinggal di seluruh
kesultanan dibunuh dalam sebuah peristiwa yang disebut pembantaian Hamidian.
Seiring
menyusutnya wilayah Kesultanan Utsmaniyah, banyak Muslim Balkan pindah ke
teritori Utsmaniyah yang tersisa di Balkan atau ke jantung kesultanan di
Anatolia.Per 1923, hanya Anatolia dan Thracia Timur yang dikuasai Muslim.
Kekalahan dan pembubaran (1908–1922)
Era Konstitusional Kedua dimulai pasca Revolusi Turk Muda (3 Juli 1908) melalui pengumuman
sultan tentang penggunaan kembali konstitusi 1876 dan pembentukan kembali Parlemen
Utsmaniyah.Pengumuman ini menjadi awal pembubaran Kesultanan Utsmaniyah.Era ini didominasi oleh politik Komite Persatuan dan Kemajuan serta gerakan yang kelak dikenal
dengan sebutan Turk Muda.
Memanfaatkan
perpecahan sipil, Austria-Hongaria secara resmi menganeksasi Bosnia dan Herzegovina tahun 1908, tetapi mereka menarik
tentaranya dari Sanjak Novi Pazar, wilayah lain yang diperebutkan
Austria dan Utsmaniyah, untuk menghindari perang. Pada Perang Italia-Turki (1911–12), Kesultanan Utsmaniyah
kehilangan Libya dan Liga Balkan menyatakan perang terhadap
Kesultanan Utsmaniyah. Utsmaniyah kalah dalam Peperangan Balkan (1912–13) dan kehilangan teritori Balkan-nya kecuali Thracia Timur dan ibu kota historis Adrianopel. Sekira 400.000 Muslim yang khawatir menghadapi kekerasan
etnis Yunani, Serbia, atau Bulgaria, mengungsi mundur bersama pasukan
Utsmaniyah. Menurut perkiraan Justin McCarthy, sejak 1821 sampai 1922,
pembersihan etnis Muslim Utsmaniyah di Balkan mengakibatkan kematian dan
pengusiran sekian juta orang dari kawasan itu.
Per 1914, Kesultanan Utsmaniyah sudah dipukul mundur dari hampir seluruh
Eropa dan Afrika Utara.Meski begitu, kesultanan ini masih dihuni 28 juta orang.
15,5 juta di antaranya di Turki modern, 4,5 juta di Suriah, Lebanon, Palestina,
dan Yordania, dan 2,5 juta di Irak. 5,5 juta sisanya berada di bawah
pemerintahan bayangan Utsmaniyah di jazirah Arab.
Pada
November 1914, Kesultanan Utsmaniyah ikut serta dalam Perang Dunia I di blokKekuatan Tengah. Kesultanan ini ambil bagian dalam teater Timur Tengah. Utsmaniyah sempat beberapa kali
menang pada tahun-tahun pertama perang, misalnya di Pertempuran Gallipoli dan Pengepungan Kut, namun ada juga kekalahan seperti
pada Kampanye Kaukasus melawan Rusia. Amerika Serikat
tidak pernah mengeluarkan pernyataan perang terhadap Kesultanan Utsmaniyah.
Tahun
1915, saat Angkatan Darat Kaukasus Rusia terus merangsek ke Anatolia
timur, dibantu sejumlah milisi Armenia
Utsmaniyah,
pemerintah Utsmaniyah mulai mendeportasi dan membantai penduduk etnis
Armenia. Aksi ini kemudian dikenal dengan namaGenosida ArmeniaAksi genosida juga dilakukan
terhadap etnis minoritas Yunani dan Assyria.
Pemberontakan Arab yang dimulai tahun 1916 berbalik
melawan Utsmaniyah di front Timur Tengah. Utsmaniyah sempat unggul di Timur
Tengah selama dua tahun pertama perang.Gencatan Senjata Mudros yang ditandatangani pada 30 Oktober
1918 mengakhiri peperangan di teater Timur Tengah, diikuti pendudukan Konstantinopel dan pemecahan Kesultanan Utsmaniyah. Dengan Perjanjian Sèvres, pemecahan Kesultanan Utsmaniyah
menjadi resmi. Pada kuartal terakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sekitar
7–9 juta pengungsi Muslim Turki dari wilayah Kaukasus, Krimea, Balkan, dan pulau-pulau Mediterania pindah ke Anatolia dan Thracia Timur.
Pendudukan Konstantinopel dan İzmir melahirkan gerakan nasional Turki yang memenangkan Perang Kemerdekaan Turki (1919–22) di bawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha (atau Mustafa Kemal Atatürk).
Kesultanan dibubarkan tanggal 1 November 1922, dan sultan terakhirnya, Mehmed VI (berkuasa 1918–22), meninggalkan negara ini pada 17
November 1922.Majelis Agung
Nasional Turki mendeklarasikan Republik Turki pada tanggal 29 Oktober
1923.Kekhalifahan dibubarkan tanggal 3 Maret 1924.
Sepanjang
sejarah Utsmaniyah, ada banyak kejadian ketika gubernur lokal mengambil
tindakan secara independen sekalipun bertentangan dengan penguasa.Pasca
Revolusi Turk Muda tahun 1908, negara Utsmaniyah menjadi monarki
konstitusional.Sultan tidak lagi memegang kekuasaan eksekutif.Parlemen dibentuk
yang perwakilannya dipilih dari provinsi-provinsi negara.Para wakil kemudian
membentuk Pemerintahan Imperium Kesultanan Utsmaniyah.
Militer
Satuan
militer pertama Kesultanan Utsmaniyah adalah angkatan darat yang dibentuk oleh Osman I dari anggota suku di perbukitan Anatolia barat pada akhir
abad ke-13.Sistem militer pun berubah menjadi organisasi yang rumit seiring
kemajuan kesultanan.Militer Utsmaniyah merupakan sistem perekrutan dan
pertahanan yang kompleks. Korps utama Angkatan Darat Utsmaniyah meliputi Yanisari, Sipahi, Akıncı, dan Mehterân. Angkatan Darat Utsmaniyah pernah menjadi salah satu
pasukan tempur termaju di dunia karena termasuk di antara pengguna pertama
senapan lontak dan meriam.Pasukan Turk Utsmaniyah mulai memanfaatkan falconet, meriam pendek namun lebar, saat Pengepungan
Konstantinopel.Kavaleri Utsmaniyah bergantung pada kecepatan dan mobilitas
tinggi alih-alih persenjataan berat. Mereka menggunakan busur dan panah pendek
dengan kuda cepat Turkoman dan Arab (pencetus kuda balap Thoroughbred),
dan sering menerapkan taktik yang mirip dengan taktik Kekaisaran Mongol, seperti berpura-pura mundur sambil
mengurung musuh dengan formasi bulan sabit lalu melancarkan serangan.
Kemunduran kinerja angkatan darat semakin jelas sejak pertengahan abad ke-17
dan setelah Perang Turki Besar.Pada abad ke-18, sempat muncul sedikit
keberhasilan melawan Venesia, tetapi pasukan Rusia bergaya Eropa di utara
memaksa Kesultanan Utsmaniyah menyerahkan teritorinya.
Modernisasi
Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke-19 dimulai oleh militer.Pada tahun 1826,
Sultan Mahmud II menghapus korps Yanisari dan
membentuk angkatan darat modern Utsmaniyah. Pasukannya diberi namaNizam-ı Cedid (Orde Baru). Angkatan Darat
Utsmaniyah juga merupakan lembaga pertama yang mempekerjakan tenaga ahli luar
negeri dan mengirimkan para perwiranya ke pusat pelatihan di negara-negara
Eropa Barat.Karena itu pula, gerakan Turk Muda dirintis ketika para prajurit muda
dan terlatih ini pulang ke negaranya.
Angkatan Laut Utsmaniyah turut ambil bagian dalam perluasan
wilayah kesultanan di benua Eropa.Ekspansi ini berawal dari penaklukan Afrika
Utara yang memasukkan Aljazair dan Mesir ke Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1517.Sejak kehilangan
Aljazair (1830 dan Yunani (1821), kekuatan laut dan kendali Utsmaniyah atas
jajahan-jajahannya di seberang laut mulai melemah.Sultan Abdülaziz (berkuasa 1861–1876) berusaha membangun angkatan laut yang
kuat dengan membuat armada terbesar ketiga di dunia setelah Britania Raya dan
Perancis.Galangan kapal di Barrow, Inggris, membangun kapal selam pertamanya untuk Kesultanan
Utsmaniyah pada tahun 1886.
Meski
begitu, ekonomi Utsmaniyah yang melemah tidak dapat mempertahankan armada laut
dalam jangka panjang.Sultan Abdülhamid II tidak mempercayai para laksamana
yang memihak dengan reformis Midhat Pasha.Sultan mengklaim bahwa armada yang
besar dan mahal tidak berguna untuk melawan Rusia saat Perang Rusia-Turki.Ia mengunci sebagian besar
armadanya di dalam Tanjung Emas dan membiarkan kapalnya berkarat
selama 30 tahun berikutnya. Setelah Revolusi Turk Muda tahun 1908, Komite Persatuan dan Kemajuan berupaya mengembangkan pasukan laut
yang kuat.Yayasan Angkatan Laut Utsmaniyah didirikan pada tahun 1910 untuk
membeli kapal-kapal baru melalui sumbangan masyarakat.
Sejarah
penerbangan militer Utsmaniyah dapat dilacak hingga tahun 1909
antara Juni 1909 dan Juli 1911.
Kesultanan Utsmaniyah mulai mempersiapkan para pilot dan pesawat
pertamanya. Melalui pendirian Sekolah Penerbangan (Tayyare Mektebi) di Yeşilköy tanggal 3 Juli 1912, pemerintah
mulai mengajar penerbangnya sendiri. Pendirian Sekolah Penerbangan mempercepat
kemajuan program penerbangan militer, menambah jumlah perwira terdaftar, dan
memberi pilot-pilot baru peran aktif di Angkatan Darat dan Angkatan Laut Utsmaniyah. Bulan Mei 1913, Program Latihan
Pengintaian khusus pertama di dunia dirintis oleh Sekolah Penerbangan dan
divisi pengintaian terpisah pertama dibentuk.Bulan Juni 1914, akademi militer
yang baru, yaitu Sekolah Penerbangan Angkatan Laut (Bahriye Tayyare Mektebi),
didirikan.Dengan pecahnya Perang Dunia I, proses modernisasi berhenti mendadak.Skadron penerbangan Utsmaniyah bertempur di berbagai front selama
Perang Dunia I, mulai dari Galisia di barat hingga Kaukasus di timur dan Yaman di selatan.
Fakta
sejarah dari zaman kuno sampai sekarang Turki yang merupakan represantasi dari
Kekaisaran Ottoman mayoritas muslim dan Rusia yang merupakan representasi dari
Romawi Timur (Bizantium) Kristen Timur Orthodoks tidak akan pernah bersekutu
dan bersatu, karena satu alasan yaitu keberadaan Hage Sofya (Aya Sofya). Dan sampai sekarangpun Rusia masih berharap
dan suatu saat akan merebut kembali Hage Sofya.
Inilah salah satu alasan Turki bergabung dengan NATO karena rasa
ketakutan suatu saat Rusia akan kembali menyerang Turki dan sekarang mereka
dalam situasi dan kondisi yang damai, namun suatu saat di akhir zaman nanti ,
ketika pecahnya peperangan besar/Malhamah/Armagedon, mereka akan kembali saling
menyerang, Kristen Timur Orthodoks Rusia akan bergabung dengan pasukan muslim
menaklukan Konstantinopel dan Yerusalem.
Dan sebuah kejadian aneh dari sejarah Turki Ustmaniyah yang
terjadi sekitar 100 tahun yang lalu ketika Mustafa Kemal/Kemal Attaturk dan
pengikutnya yang disebut “Pemuda Turki” yang merupakan didikan Judeo Kristen
Barat (Yahudi Eropa Barat) ketika Sultan Abdul Hamid II mengirimkan para perwiranya ke pusat pelatihan di negara-negara
Eropa Barat. Karena itu pula, gerakan” Turk Muda” dirintis ketika para prajurit muda dan terlatih ini pulang ke
negaranya. Pada tahun 1908 dimulailah Revolusi Turk Muda dan berhasil merebut Kota
Konstantinopel dari kekuasaan Kerajaan Ottomanyang masih berkuasa pada saat itu yaitu pada tahun 1917 ketika Kekaisaran Ottoman
mengalami kekalahan dalam PD I. Dia
berhasil pula mengusir Sultan (Khalifah) ke Swiss dan sejak saat itu Kemal
Attaturk yang berkuasa. Pemerintahan
baru yang telah menguasai seluruh kota dan wilayah Turki ini kemudian
memproklamirkan berdirinya Negara
Republik Turki yang sekuler. Tapi tidak
hanya itu yang mereka lakukan, secara misterius dia memindahkan ibu kota Turki
dari Konstantinopel ke Ankara yang dulu disebut Angora dan merubah nama
Konstantinopel menjadi Istanbul serta melarang digunakannya kembali nama
Konstantinopel. Pelarangan ini
dicantumkan dalam hukum negaranya dan tentu siapapun yang melanggarnya akan
dikenakan sanksi hukum negaranya.
Mengapa
dia melakukan hal itu?
Sebagai
seorang muslim, maka kita harus mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah
pemimpin, Nabi dan Rasul kita. Dan
apabila Nabi dan Rasul kita telah menyebut nama kota tersebut Konstantinopel
maka kita sebagai umatnya tidak berhak merubah atau mengganti nama kota
tersebut, karena itu sama saja dengan tidak mengormati Rasulullah SAW. Dan jika penguasa Turki melarang kita
menggunakan kata tersebut, maka dia telah berlaku zalim. Mengapa dia merubah nama kota tersebut?
Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Latuftahannal Konstantiniyyah”,
yang artinya Kalian akan menaklukan Konstantinopel. Penaklukan Konstantinopel seperti yang
dikatakan Rasulullah SAW dalam hadist tersebut belumlah terjadi. Dia merubah nama kota tersebut karena ini
merupakan strategi mereka yang merebut Konstantinopel dari Kerajaan Ottoman dan
berusaha menutupi apa yang akan terjadi dan mereka menebar “debu” di mata kita,
agar kita lupa dengan apa yang dikatakan Rasulullah SAW dan mereka menciptakan
opini yang sesat bagi generasi yang akan dating di mana pelajar muslim sekarang
mengatakan bahwa penaklukan Konstantinopel oleh Ottoman pada tahun 1453 telah
memenuhi apa yang dinubuatkan oleh Rasulullah SAW. Penetapan penggantian nama Kota
Konstantinopel menjadi Istanbul secara undang-undang ini, mereka lakukan untuk
menghapus jejak sejarah yang telah ditetapkan dalam hadist, untuk mengaburkan
pandangan kita generasi umat muslim
terhadap hal ini.
Penaklukan
Konstantinopel akan terjadi dan orang-orang non-muslim pun nanti akan
mengetahuinya bahwa Nabi Muhammad SAW telah menubuatkan penaklukan
Konstantinopel pada waktu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Dan ketika adanya kejadian-kejadian yang
mengarah kepada penaklukan tersebut, maka Nabi Muhammad SAW akan kembali
menjadi pusat perhatian dunia karena dalam sebuah hadistnya Rasulullah SAW
mengatakan bahwa “umat muslim kelak akan menaklukan Konstantinopel di akhir
zaman.” Inilah yang akan menyebabkan NATO, Washington, London, Yerusalem
dan “Pemerintahan Islam Sekuler Turki” akan kesulitan menelan pil pahit
ini. Meskipun selama ini mereka telah
berupaya keras untuk memerangi Islam, mengutuk Islam dan mengejek Nabi Muhammad
SAW., kelak segala upaya mereka akan sia-sia, pada saatnya nanti Nabi Muhammad
SAW kembali menjadi pusat perhatian dunia dan akan terbongkarlah segala
keburukan dari pemerintahan Turki sekarang ini.
Ada
beberapa ayat Al Quran yang penjelasannya langsung dan sangat jelas, ayat-ayat
ini dinamakan “muhkamat”. Allah SWT juga
menurukan ayat-ayat yang penjelasannya
tidak langsung dan tidak jelas, perlu sebuah penafsiran bukan penakwilan
karena Allah SWT melarang mentakwilkan ayat-ayat ini karena dapat membuat
kesesatan atau perpecahan umat muslim dan kebenaran yang hakiki dari ayat-ayat
ini hanya milik Allah SWT. Ayat-ayat ini
disebut dengan “mutashabihat” , demikian pula halnya dengan Al-Hadist, ada yang
“muhkamat” dan ada pula yang
“mutashabihat”. Dalam hadist Qudsi Shahih Muslim, Rasulullah saw. membaca firman Allah yang berbunyi: Dialah yang
menurunkan Alkitab (Alquran) kepada kamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang
muhkamat, itulah pokok-pokok isi Alquran dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka
mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan
untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya
melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: Kami beriman
kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami. Dan
tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal.
Setelah membaca firman tersebut Rasulullah saw. bersabda: Apabila kamu melihat
orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat dari Alquran, maka
mereka itulah orang-orang yang telah disebut oleh Allah. Maka waspadalah
terhadap mereka. (Shahih Muslim ). Hadist yang muhkamat yaitu penjelasan tentang sebuah kota yang
akan ditaklukan oleh umat muslim, bahkan nama kota tersebut diberitahu yaitu
Kota Konstantinopel. Sedangkan hadist
yang mutashabihat seperti seorang khalifah akan meninggal dunia, di mana
akan mengakibatkan perseteruan dan perselisihan tentang siapa penerus atau
penggantinya. Hampir semua umat
muslim sudah mengetahui siapa khalifah yang akan meninggal dunia dan
mengakibatkan perseteruan dan perselisihan tentang siapa pewarisnya. Pada saat perseteruan itu semakin
menegangkan, akan ada seseorang yang akan datang dari Madinah ke Mekah untuk
meredam perseteruan tersebut, dan di Mekah dia akan memproklamirkan dirinya
sebagai Imam Mahdi as. Khalifah manakah
yang dimaksud? (disinilah terjadi berbagai penafsiran…). Karena penggunaan kata “seorang khalifah akan
meninggal dunia,” maka bias ditafsirkan bahwa kekhilafahan akan kembali ke
dunia Islam sebelum Imam Mahdi as muncul.
Dan kemungkinan berdasarkan pengertian inilah Hizbut Tahrir didirikan
yang berkeyakinan dapat mengembalikan khilafah sebelum Imam Mahdi as muncul. Akan tetapi tidaklah begitu,
karena kata khalifah di sini dimaksudkan kepada seorqang yang mempunyai
kekuasaan yaitu Raja Arab Saudi. Ketika
Raja Arab Saudi meninggal dunia, dan akan terjadi perseteruan/perselisihan
diantara pangeran (perseteruan saat ini telah dimulai). Demikianlah Al-Hadist, yang kadang sangat
jelas maknanya dan kadang ada pula yang memerlukan sebuah penafsiran dan ketika
membuat sebuah penafsiran, sebaiknya kita mengatakan, ”hanya Allah SWT lah yang
maha mengetahui.”
Di dalam sebuah
hadist, Nabi Muhammad SAW merujuk sebuah kota yang akan ditaklukan oleh umat
muslim di akhir zaman nanti dengan
menyebutkan nama kota tersebut adalah Konstantinopel. Apakah penaklukan Konstantinopel pada tahun
1453 telah sesuai dengan apa yang dinubuatkan Nabi Muhammad SAW ? Hampir seluruh dunia telah mengakui apa yang
dinubuatkan Nabi Muhammad SAW telah terjadi.
Dalam hadist HR. Sunan Abu Dawud di mana hadist tersebut mengatakan
bahwa penaklukan Konstantinopel akan terjadi setelah terjadinya beberapa
kejadian besar, dan salah satunya adalah terjadinya “Malhamah atau perang besar
(Armagedon)”. Perang ini jauh lebih
dahsyat dari PD I dan PD II karena melibatkan ribuan nuklir.Apakah Malhamah
sudah terjadi? Belum……. Jadi penaklukan
Konstantinopel sekitar 600 tahun yang lalu belum memenuhi apa yang dinubuatkan
Nabi Muhammad SAW. Lalu hadist itu juga
menjelaskan bahwa setelah penaklukan Konstantinopel maka Dajjal akan muncul
dalam bentuk manusia. Namun kenyataannya,
setelah penaklukan 600 tahun yang lalu, sampai sekarang Dajjal belum muncul
dalam bentuk manusia. Karena itulah
kewajiban kita meluruskan ini, sudah sekian lama dipercayai orang terutama oleh
orang-orang Turki, seluruh TV, Radio dan Koran di Turki telah berupaya keras
untuk mencuci otak orang-orang Turki agar mempercayai bahwa Sultan Muhammad
Al-Fatih adalah orang yang dimaksud dalam nubuat Nabi Muhammad SAW.
Ini akan
menimbulkan pertanyaan, bagaimana mungkin kaum muslim akan menaklukan kota yang
sudah ditaklukan? Apabila kaum muslim
menaklukan kota ini di masa yang akan datang, maka berarti kota ini akan di
huni dan dipimpin oleh kaum muslim pula, maka menjawab pertanyaan di atas, kita
pun harus bertanya, siapakah yang memimpin dan memiliki kekuasaan tertinggi
atas Konstantinopel saat ini? Siapakah yang menguasai militernya? Apakah
orang-orang muslim? Hanya dengan ilmu
akhir zaman (Eskatologi Islam) yang dapat menjawab ini. Dan dengan ilmu akhir zaman (Eskatologi
Islam), kita juga dapat mengungkap kebohongan perjuangan “jihad palsu” yang
disponsori oleh Zionis yang terjadi di Libya dan Suriah saat ini. Dan juga akan mengungkap sebuah kemungkinan
bagi dunia untuk mengetahui bahwa umat Kristiani (Orthodoks) Rusia, bukan orang
Rusia yang atheis komunis, akan memainkan peranan penting pula kelak di akhir
zaman, khususnya implikasi dari sisi militer pada saat penaklukan
Konstantinopel yang akan terjadi kelak.